●●●
If I Could Why Not ?
●●●Hujan itu datang dari rintik menjadi bulir, tak pernah ada istilah deras di akhir. Begitupun seterusnya yang akan kembali menjadi rintik.
Sama halnya denganmu, masalahmu tidak langsung menjadi besar. Semua pasti datang perlahan hingga kau tak menyadarinya bahwa itu sudah
berakhir.●
●
●
Dengan langkah pasti, ia terus saja berjalan menelusuri setiap ruangan ini. Terlihat ramai namun tak berisik, dengan beberapa jeruji besi yang terlihat kosong. Gian masih terus melangkah diiringi petugas polisi di belakangnya.
"Silahkan, waktu besuk hanya 10 menit." Setelah mengucapkan itu petugas melangkah pergi.
Dapat Gian lihat mata sendu kedua orang yang sangat disayangnya. Pagi ini menjadi pagi terburuk dalam sejarah. Gian tahu, semuanya takkan berjalan baik malam itu. Kenapa juga ia tak mencoba menahannya lebih keras, mungkin dengan begitu pagi ini masih sama baiknya dengan pagi sebelumnya.
"Ayah, bunda?."
"Maaf nak."
Isak tangis tak dapat mereka bendung lagi, Gian sudah memeluk keduanya yang masih berdiri disana. Rasanya seperti tak ingin pagi ini datang, tapi skenario tuhan selalu semesta sampaikan dengan lantang. Tanpa mau mendengar kita yang setuju atau tidak.
"Kalian bilang semuanya akan baik baik saja, tapi apa? Ini yang kalian bilang baik, Gian gak mau yang seperti ini bun yah. Gian mau sama kalian dan jalani semua dengan normal," lirih Gian ditelinga keduanya. Sejenak Vania melepaskan pelukan itu.
Dengan telaten ia menghapus jejak air mata di wajah putranya, Kian juga tak lupa mengusap surai Gian dengan lembut.
"Nak, kita yang salah. Semuanya memang harus berjalan seperti ini, tak apa. Percaya bahwa tuhan tahu yang terbaik, jadi jangan nangis. Kita jalani ini sama sama, bagaimana sayang?," ucap Vania menenangkan.
Gian hanya mengangguk patuh sembari menahan isakkannya. Itu membuat Vania tersenyum, andai waktu bisa diputar ia mungkin akan memilih untuk tak memperpanjang semuanya dan berakhir menyedihkan seperti ini.
"Ayah dan bunda punya satu keinginan terakhir nak."
Suara Kian membuat Gian tersentak, apakah permintaannya akan sama sepeti sebelumnya.
"Ayah cuma mau kamu memperbaiki masalahmu dengan sahabatmu itu. Jangan jadi seperti kami nak, kami sudah menganggap remeh arti persahabatan. Cobalah untuk tak mencontoh apalagi mnhulanginya, bisa?."
"Bisa yah, bisa sekali. Gian juga ingin melihat kalian bahagia, Gian akan coba bicara dengan mereka."
"Bunda juga ingin kamu baik selama bunda dan ayah disini nak," pinta Vania.
Sejenak Gian mengangguk dan memeluk mereka erat, tak peduli dengan baju tahanan keduanya yang basah karena air matanya. Gian bahagia, setidaknya pandangan mereka sudah jauh berubah dari sebelumnya.
●
●
●
"Dek, sudah pagi. Kau tak mau bangun eoh? Kau akan terlambat sarapan dan sekolah."
Bilang saja Galaksi sudah tak waras karena bicara dengan orang koma, tapi tak masalah baginya. Ia memang sudah gila karena penyesalan. Ditambah di ruangan itu hanya ada mereka bertiga. Dengan Samudra dan Galaksi yang masing masing menggenggam tangan dingin Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...