●●●
If I Could Why Not ?
●●●Mimpi tak hanya satu, tapi bisa menjadi banyak dari itu.
Kita hanya perlu percaya dan meraihnya dengan senyuman, pastilah jutaan mimpi itu akan berubah
menjadi realita terindah.●
●
●
Duk
Duk
Duk
Suara pantulan bola basket itu terdengar begitu jelas. Terlihat dari dua pria yang tengah bermain serius, tanpa memperhatikan diri mereka yang lelah. Padahal ini sudah sore, dan mereka sudah menjalani banyak aktivitas. Ini semua karena permintaan bocah itu, padahal kondisinya tak bisa dikatakan baik bagi yang melihat.
"Angkasa pulang. Eh ada bang Gian udah lama gak keliatan."
"Iya, Angkasa juga. Kenapa pulang sore? Ini sudah hampir petang padahal."
"Benarkah, Angkasa rasa sama saja. Mau main bang? Udah lama gak main basket bareng bang Gian, Angkasa rindu. Terakhir kali Angkasa yang menang bukan?."
"Mana ada, abang yang menang itu. Kita main aja sekarang."
Keduanya memilih pergi, meninggalkan Samudra dengan raut wajah masamnya. Namun ia tak berniat mengikuti, rasanya terlalu lelah untuk sekedar bangkit.
"Abang masih sama, bahkan Angkasa ingat setiap gerakannya," ujar Angkasa seraya memantulkan bola itu melewati Gian dan memasukkannya dalam ring. Gian hanya terkekeh kecil, sembari memberi isarat pada Angkasa untuk sekedar mengajaknya duduk di tengah lapangan. Menikmati langit senja yang indah di atas sana.
"Bang?."
Angkasa masih memandang langit di sebelah Gian, sedangkan sang empu sudah mengalihkan pandangan.
"Kalau lo mau tanya soal teknik gue yang gak berubah, jawabannya masih sama. Gue lagi nyari satu kesempatan untuk berhasil dengan teknik itu."
Angkasa terkekeh sembari menggeleng, rasanya tak mungkin juga ia menanyakan itu. Ia bahkan sudah hafal betul jawabannya, selalu sama.
"Bukan itu bang."
"Lalu?." Gian sudah mengalihkan pandangannya keatas sana, sedikit agak lama namun pertanyaan itu lantas terjawab.
"Abang berubah, dan Angkasa rasa bang Samudra berubah karena abang."
Pernyataan itu terlontar begitu saja, mulanya hanya hening yang terjadi. Tapi itu terhapus dengan kekkehan keras dari Gian. Namun Angkasa rasa tak ada yang lucu dari setiap kata yang ia ucapkan, lantas ia menoleh. Itu membuat Gian berhenti tertawa.
"Lo terlalu jauh berkelana Sa, gue maupun Samudra gak pernah berubah. Tapi lo, iya. Tapi kalau lo merasa kita berubah, gue terima. Itu ibarat gue itu anginnya, dan Samudra adalah laut yang luas pernyataan lo benar. Gue bisa merubahnya sesuai arah angin baik itu kecil atau besar, gue bisa merubah Samudra seperti itu."
Sejenak Angkasa terpaku pada penjelasan Gian, pandangannya masih fokus pada sumber suara. Namun Gian masih sibuk dengan langit jingga di atas sana. Sampai jeda itu, lalu Gian menatap manik mata Angkasa lekat. Mencari penjelasan lain yang harusnya bisa Angkasa jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...