5. Keputusan

290 42 16
                                    

•••
If I Could Why Not ?
•••

Masa lalu adalah dasar yang tidak boleh terlupakan.
Karena bila dasarnya saja sudah lupa, bagaimana
dengan hasilnya nanti.
Mungkin tidak akan pernah ada yang namanya masa kini.

Kring kring kring

Bel pulang baru saja berbunyi. Sekolah full day nyatanya menyiksa bagi sebagian siswa, contohnya saja dua makhluk ini. Siapa lagi kalau bukan Angkasa dan Nathan. Pulang sesore ini nyatanya membuat mereka menjadi kaum pecinta meja.

Disaat yang lain semangat untuk pulang, mereka malah kehabisan tenaga untuk sekedar melangkah. Jangankan melangkah, mejanya saja masih berantakan bagai terserang angin topan.

"Sa, ayo pulang. Lo mau disini seharian apa?," tanya Nathan.

Angkasa hanya menoleh, memandang Nathan dari atas sampai bawah, kanan sampai kiri. Lantas tertawa tertahan.

"Ngajak balik Than? Hapus dulu tuh liur, jangan lupa itu barang-barang dimasukan dalam tas. Nanti kalau udah beres baru..."

"Pulang?," potong Nathan.

"Bukan, beresin yang gue."

"Kurang asem lo, kirain tinggal pulang." Nathan pun hanya bisa mencibir dalam hati setelahnya. Mengabaikan tawa Angkasa dan mulai membereskan peralatannya untuk pulang dengan motornya di parkiran depan. Sayang, motor sudah menunggu lama kalau disuruh nunggu lagi takut berpaling.

Angkasa pun sama, ia mulai membereskan peralatannya dan bersiap pulang.

"Sa, tuh kaki gak apa-apa kan?."

"Ayolah Than, itu pertanyaan kesepuluh hari ini. Gak capek apa nanya mulu, gue aja capek dengernya." Angkasa menghela nafas pelan. Ini sudah pertanyaan yang kesepuluh, ia tahu Nathan hanya khawatir. Tapi Angkasa tidak terbiasa dengan itu.

"Ye malah komplain, tinggal jawab aja apa susahnya sih? Lagian nih ya gue itu khawatir pea, wajar dong. Secara tuh kaki salah urat kan gara-gara gue."

Angkasa mulai jengah dengan ini, ia memberhentikan aktivitas nya sejenak dan memandang sahabatnya ini dengan lekat. Bagaimana pun Angkasa tak suka bila Nathan terus menyalahkan dirinya. Ia seperti mendapatkan dirinya pada diri Nathan. Terasa seperti cermin berjalan.

"Than, gue baik-baik aja. Berhenti nyalahin diri lo, gue berasa gak enak. Gue gak terbiasa dapatin perhatian ini kecuali dari lo, atau orang lain. Jangan terus khawatirin gue, sesekali aja itu udah cukup buat gue. Percaya sama gue, gue lagi berusaha buat baik-baik aja, oke?," jelas Angkasa.

Rangkulan hangat didapat setelahnya. Siapa lagi kalau bukan Nathan pelakunya. Kini ia harus mulai percaya, bahwa Angkasanya ini akan berusaha baik-baik saja.

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang