10. Step One

223 36 0
                                    

•••
If I Could Why Not ?
•••

Langkah pertama selalu bisa membuat kita ingin memiliki sebuah
keajaiban.
Kenapa? Karena bila tak berakhir
bahagia, maka langkah itu akan
membawa sebuah penyesalan.
Kita butuh keajaiban itu, setidaknya untuk memperbaiki
langkah pertama yang menentukan
akhir sebuah kehidupan.

"Angkasa pulang."

Sapaan itu seperti angin lalu, mansion ini terlampau sepi untuk menghasilkan suara yang menyahuti sapaan Angkasa. Kedua kakaknya belum pulang, dan para pelayan sudah berada di paviliun jam segini. Ini sudah jam tujuh malam tepatnya, ternyata kembali pada lembar masa lalu memerlukan waktu cukup lama.

Angkasa segera melangkah menuju kamar. Tapi baru saja menaiki setengah anak tangga, ada suara yang menghentikannya.

"Samudra, kamu dari mana? Apakah ada kelas tambahan, kenapa pulang larut."

Hati Angkasa seperti tertimpa bom dan hancur begitu saja. Segitu terlupakan kah dirinya? Sampai sang kakak tak mengenali dirinya dalam balutan ego di Angkasa yang kelabu ini. Angkasa tahu lampu disini tak seredup itu, sampai pandangan Galaksi bisa salah. Ataukah Galaksi memang tidak memandangnya, tapi juga sapaan Angkasa tak bisa dibilang pelan.

Angkasa berbalik dan melihat Galaksi di ruang tamu. Pantas saja, sebelah telinganya memakai earphone dan pandangannya terfokus pada laptop.

"Angkasa bang, bukan Samudra." Setelahnya Angkasa bergegas ke kamarnya. Bersamaan dengan Galaksi yang menatap punggung Angkasa, jawaban Angkasa yang itu kini mampu membuat Galaksi mengalihkan atensinya. Ia tak menyangka, ia pikir Angkasa sudah pulang dari tadi sore.

Tapi apa boleh buat, ia tak punya mesin waktu untuk kembali ke beberapa menit yang lalu. Yang Galaksi tahu, ia harus menata kembali hatinya yang hancur karena kesalahannya sendiri.

Angkasa tak melihat itu, ia masih bersandar pada pintu di dalam kamarnya. Harusnya ia sudah terbiasa, tapi rasanya masih tetap menyakitkan. Ia kembali terlupakan. Tubuhnya meluruh, ia memeluk lututnya kemudian tertunduk.

Meratapi kisah hidupnya yang tak pernah lepas dari yang namanya terlupakan. Apakah bila ia sudah menyerah semua akan melupakannya begitu saja. Angkasa berfikir, sebenarnya sejauh apa jarak mereka. Sampai begitu sulit untuk mereka mengingat orang yang tidak ingin dikasihani ini. Bukan ini yang Angkasa ingin.

"Kalian sudah pergi terlalu jauh bang, sampai sulit buat Angkasa muncul di kehidupan kalian. Setidaknya untuk membuat kalian tak melupakan adik kecil kalian ini, jika mendapat tempat di hati kalian sudah tidak mungkin. Bun, yah Angkasa harus apa? Angkasa tak bisa menjadi seperti kalian, yang walaupun tak terlihat namun masih diingat."

Keluhan itu terhenti, tapi bukan karena Angkasa sudah puas mengatakannya. Tapi karena sakit itu yang kembali hadir menemaninya. Ia segera menggeledah isi tasnya dan mencari sesuatu disana. Cukup sulit, karena lampu kamar yang belum ia nyalakan.

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang