21. Frenemy

156 26 4
                                    

•••
If I Could Why Not ?
•••

Cobalah lihat sesuatu dari banyak sisi, jangan hanya dari pandanganmu tapi juga dari pandangan orang lain.
Tak selamanya yang kau lihat adalah benar, dan yang salah adalah salah.
Kau takkan pernah tahu
dimana tuhan menyembunyikan
kebenarannya.

Pagi menyapa dengan baik hari ini, hangat, tak terlalu dingin ataupun panas. Itu pasti membuat mood siapapun akan baik, dan bisa membuat senyum tak disadari. Tapi itu tak berlaku bagi tiga saudara ini, mereka masih saja diam padahal ketiganya sedang berdekatan sekarang.

"Kakek nyari kamu."

Akhirnya, ada suara Galaksi yang memecah hening di sana. Atensi semuanya tertuju pada sumber suara.

"Siapa?," tanya Angkasa. Tak biasanya Galaksi semangat ini biasanya ia menyuruh pelayan untuk memberitahu apapun itu.

"Kamu."

Itu hanya dibalas anggukan paham dari Angkasa. Jujur, itu membuat Samudra jengah. Tadi sore Gian, sekarang Galaksi. Ia juga ingin, tapi egonya masih setia disini.

"Samudra berangkat."

Samudra segera beranjak, padahal makanan di piringnya baru habis setengah. Itu membuat atensi keduanya tertuju pada Samudra.

"Ikut bang," pekik Angkasa seraya memakan sisa makanan di piringnya. Samudra terhenti, lantas terkekeh.

"Gak."

"Yah kok gak sih, Angkasa ikut ya. Nanti pulangnya biar langsung ke rumah kakek."

"Gak."

"Ayolah bang, bang Samudra baik deh tampan pula."

"Udah tahu."

"Amal bang, lumayan nambah pahala," pinta Angkasa dengan pupy eyes nya.

Samudra dan Galaksi hanya bisa memandang jengah, bagaimana bisa kedua manusia dingin itu punya adik sekonyol ini. Pelayan yang melihatnya hanya bisa tersenyum. Untunglah, masih ada kehangatan disini walau jarang.

"Sama abang lo yang itu aja."

"Kok aku Sam?," tanya Galaksi "Udah angkut aja, gak akan rugi juga. Lumayan dapat radio gratis, tak apalah rusak dikit," lanjutnya.

"Angkasa manusia bang, bukan radio apalagi yang rusak," bela Angkasa yang masih berdiri di samping kursi.

Keduanya terkekeh, tapi bukan berarti mereka peduli. Sudah ku bilang, kadang ego bisa kalah dengan cinta.

"Gue gak suka orang lambat."

Angkasa tersenyum simpul, akhirnya Samudra mau berangkat bersamanya. Angkasa pun melangkah senang, tapi langkahnya mundur kembali.

"Makasih bang, Angkasa berangkat. Semangat kerjanya."

Angkasa lantas berlari karena Samudra sudah membunyikan klakson di depan sana. Ia tak tahu saja, diam diam Galaksi tersenyum hangat karena perkataan itu.

"Kenapa bisa seperti itu? Apakah ada sesuatu yang beliau katakan?."

"Ada pak, beliau berkata bahwa perusahaan ini membuatnya rugi. Ada juga yang menyatakan rumor bahwa perusahaan ini akan segera failid. Beliau juga sudah menemukan perusahaan baru pak."

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang