33. Siapa?

141 23 2
                                    

●●●
If I Could Why Not ?
●●●

Ketidaksengajaan adalah satu hal yang tuhan beri, seperti kilas cepat sebuah
cerita nanti.
Jadi biasanya itu akan terus berlanjut, hingga nanti sudah tak bisa lagi
bisa untuk turut.

"Pagi bun?."

"Udah siang kali nak, kamu tuh ya tidur kayak beruang aja. Dibanguninnya susah."

"Eist, jangan ngomel dulu dong bun. Udah siang ini, nanti cepet tua loh," sahut Langit yang sudah duduk dan memulai sarapan siang nya, mengabaikan Tia-Bundanya- yang sedang memandangnya tajam.

"Secara tak langsung kamu bilang kamu juga tua loh nak."

"Lah lok gitu, kan tadi Langit bilangnya bunda yang udah tua."

"Itu tuh, kamu bilang bunda tua. Berarti kamu juga tua karena kamu anaknya bunda, hahaha," ejek Tia sembari memasak kembali. Sejenak memalingkan pandangannya dari Langit yang sudah mengubah kesal raut wajahnya.

"Ya gak bisa gitu dong, baru aja Langit ngerayain sweet seventeen loh bun. Tega amat sama anak, dibilang tua lagi. Langit balik lagi nih, biarin aja Langit jadi adiknya nunna Taerin," ancam Langit kepada Tia.

Sontak Tia membulatkan matanya, anaknya memang bisa saja untuk menang melawannya. Padahal Langit baru saja kembali dua hari lalu, ia sudah ingin pergi lagi. Memang keputusan salah mengirimnya ke Korea untuk pertukaran pelajar.

"Ngancam aja bisanya, bunda bilang ke ayah ya biar pasport nya dibekukan. Lalu wush, kamu jadi tahanan rumah. Mau?," ancam balik Tia. Sontak itu membuat Langit menyemburkan susu yang baru saja ia minum karena terkejut. Jangan pasport, karena ia akan lebih memilih pasport dari pada black card.

"Jorok kamu Lang."

"Jangan dong bun, appa kalau udah bertindak susah untuk diam lagi. Jangan pasport ya, nanti Langit gak bisa lihat nona nona cantik lagi gimana?," tanya Langit yang sudah memelas kepada Tia.

Tia hanya terkekeh, lebih tepatnya tertawa jahat walau tak bisa. Lihat putra nya dengan raut lucu membuatnya jadi senang untuk menistainya lebih lanjut. Ia awalnya ingin mencoba abai, tapi saat ia melihat je arah kulkas untuk mengambil beberapa bahan pikiran liarnya muncul.

"Emm gimana ya? Ya udah, karena bunda ini baik hati dan tidak sombong bunda maafkan."

"Yes, makasih bunda. Gumawo sarangheo eomma."

"Tapi..."

"Tapi?," ulang Langit setelah Tia. Bundanya pun mendekat ke arahnya, perasaan Langit mulai tak enak. Apalagi saat melihat senyum misterius milik Tia.

"Tolong bunda belanja ya?," pinta Tia.

"WHAT? NO, JANGAN BELANJA. Langit gak mau diminta foto sama mbak mbak genit, huh Langit gak mau," pekiknya histeris. Bahkan ia sudah beranjak, namun ditahan oleh Tia.

"Oh berarti gak mau makan malam ya? Lagian pelayannya kan libur, ini hari jumat Lang. Bantuin bunda ya? Atau mau ayah yang bantu langit membuat pemakaman untuk pasport. Lagian gak sampai seharian bukan? Ya? Ya?," pinta Tia dengan puppy eyes nya.

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang