19. Kisah Lain

171 25 2
                                    

•••
If I Could Why Not ?
•••

Percayalah, hampir semua penyesalan datang di akhir sebuah cerita.
Yang memulainya? Tentu kalian dengan sejuta ego beralasan kecewa.
Tak sadarkah kalian, itu hanya sesuatu yang belum bisa kita terima dimasa lalu dan menjadi jalan untuk
sampai pada kecewa yang lainnya.

Sepuluh tahun yang lalu.

"Bagaimana bisa semua saham kita hancur begitu saja? Kemarin semua masih baik baik saja, ada apa ini? Katakan."

"Maaf pak, tapi isu mengenai perusahaan yang mengalami failid membuat semua investor mencabut kembali saham. Padahal kami sudah sebisa mungkin meyakinkan mereka, bahwa perusahaan tidak pernah mengalami ini."

"Failid? Isu macam apa itu. Keluar semua, kalian dipecat," ucap pria itu kepada lima pegawainya yang baru saja selesai ia intrograsi. Kian tidak percaya ini, bagaimana isu fatal seperti itu sampai di telinga para investor. Padahal kenyataannya itu semua tak benar.

Langkahnya ia bawa kembali untuk duduk di kursi nya, siapa yang berani menyebarkan isu seperti ini. Perusahaannya bisa rugi besar, apalagi proyek baru nya membutuhkan banyak dana. Jika para investor tak ada, maka kabar itu akan menjadi kenyataan. Kian harus bilang apa pada keluarganya nanti.

Ddrrtt ddrrtt.

Pandangan Kian jatuh pada ponsel disampingnya, apalagi sekarang.

"Halo, ada apa Kenta?."

"Bunda jatuh dari tangga yah, cepat ke rumah sakit. Kenta kirim lokasinya."

Tut

Kian menarik rambutnya frustasi, masalah seakan terus datang menghampiri. Kenta baru saja mengabarkan Banua jatuh, terus bagaimana dengan calo bayinya. Tak ingin lagi membuang waktu, Kian segera menekan ikon telpon di ponselnya dan menghubungi salah satu hecker kepercayaannya.

"Iya ada apa tuan?."

"Saya mau tahu siapa yang sudah menyebarkan isu mengenai perusahaan, waktu mu hanya tiga puluh menit dari sekarang," pinta Kian sembari berjalan menuju parkiran.

"Baik tuan."

Tut

Setelah sampai, Kian segera bergegas menuju alamat yang Kenta kirim tadi. Perjalanan terasa begitu cepat, ya bagaimana tidak dirinya melaku dengan kecepatan di atas rata rata. Sesaat Kian dapat melihat Kenya dan Gian masih saling merengkuh di kursi tunggu, serta asisten rumahnya juga supir masih setia berdiri disana. Langkah Kian berhenti sejenak, namun itu tak lama karena dirinya segera bergegas saat seorang dokter keluar dari ruang IGD.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?," tanya Kian yang sudah abai dengan tatapan bingung dari anaknya.

"Keadaan istri bapak baik, hanya mengalami kelelahan. Tapi karena jatuhnya pasien dengan posisi yang fatal mengakibatkan janinnya tak bisa kami selamatkan, dan kemungkinan istri bapak bisa mengandung lagi sangat tidak mungkin," jelas dokter itu panjang lebar.

Sejenak Kian mundur beberapa langkah, hingga tembok keras itu menjadi dandanannya. Ia lantas berbalik dan menggeleng tak percaya. Air matanya benar benar jatuh sekarang, ia baru saja kehilangan calon anaknya. Itu lebih menyakitkan dari pada kehilangan para investor itu.

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang