1. New Life

781 55 0
                                    

•••
If I Could Why Not ?
•••

Menjadi dewasa itu bukan pilihan. Tapi sebuah keharusan. Yang membedakannya
hanya masalah waktu.

Kedewasaan tidak tumbuh pada setiap orang, tapi mereka hadir pada semua yang hidup. Menjadi dewasa bukan perkara mudah, tidak semudah membalik telapak tangan. Ada yang menerimanya dengan suka rela, ataupun ada yang enggan hanya untuk sekedar mengetahuinya.

Pagi ini, di kediaman Alexander sama seperti pulau tak berpenghuni. Sepi, seyap dan menenggelamkan secara perlahan. Mari kita berkenalan dengan semua anggota yang berada di rumah besar ini.

Galaksi Batara Alexander, sulung dari keluarganya. Ia harus menerima kenyataan hidup di umurnya yang dulu baru menginjak dua belas tahun.

Sepuluh tahun sudah ia lewati, tanpa kasih sayang orang tuanya. Di umur belia itu, Galaksi dituntut untuk bersahabat dengan kedewasaan. Mengenalkan ia pada keterpaksaan, keinginan yang tidak pernah bisa ia wujudkan.

Kini ia menjadi sosok yang dewasa, tapi entahlah. Itu menurut orang lain, bukan menurutnya. Bagi Galaksi, ia masih tetap seorang anak yang haus akan kasih sayang. Walaupun kini ia sudah menginjak usia dua puluh dua tahun.

Itu semua membuat dirinya juga menanam benci yang kini mulai tumbuh menjalar ke setiap ruang hati. Galaksi benci segala hal, termasuk Angkasa.

"Hei kebo, kau mau tidur sampai kapan. Ini sudah jam enam lebih, masih gak mau bangun huh? Calon dokter kok kebo." Galaksi sudah berada di samping ranjang salah satu adiknya. Pria itu mulai menarik selimut yang sudah adiknya buat menjadi kue roll, isiannya adalah adiknya sendiri.

"Bang, ini masih pagi. Lagian gue kuliah siang bang, ngantuk nih. Kayak gak pernah kuliah aja." Pria tampan itu kembali memejamkan matanya, tanpa menghiraukan Galaksi dengan muka sangarnya.

"Ada kakek dibawah kebo. Lagian ini udah siang, kamu rabun apa emang gak peka?," cibir Galaksi.

Tidak berlangsung lama otaknya secara otomatis membuat tubuhnya tegap. Sambil mencari kesadaran yang masih tersebar di alam mimpinya.

Dia Samudra, lengkapnya Samudra Giovaga Alexander. Sosok pria yang memendam semua masalahnya sendiri. Entah kenapa, mungkin karena terbiasa melihat perjuangan sang kakak membuatnya menjadi seperti itu.

Lagi pula ia merasa dirinya ini hanya beban, ya hanya itu. Waktu itu ia masih berumur sepuluh tahun, tapi ia harus melihat bagaimana tuntutan sang kakek pada Galaksi.

Ia paham kakeknya ingin yang terbaik, tapi ia tak melihat itu dimata Galaksi. Yang ia dapat hanya tatapan sendu. Itu semakin membuatnya membenci, ya rasa benci itu semakin tumbuh.

Sudah, ia tak mau merusak mood paginya dengan mengenang masa lalu. Ia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, dan turun untuk sarapan bersama sang kakek.

Galaksi hanya bisa menghela nafas. Ia tahu Samudra tak akan bisa menjadi seperti itu, jika bukan karena kata 'Kakek'. Jika Galaksi yang menyuruh, seabad kemudian baru terlaksana.

Galaksi yang sudah merapihkan selimut adiknya, segera keluar dari kamar bernuansa putih itu. Ia berjalan menuju kamar di sebelah kamar Samudra. Ruangan yang selalu ia hindari sepuluh tahun terakhir ini.

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang