40. Rencana

102 20 0
                                    

●●●
If I Could Why Not ?
●●●

Aku ada dalam dirimu, sebuah rasa yang membuatmu bisa merasa sakit padahal tersenyum.
Tapi kau tak pernah meliririk kearahku, kata baik baik saja selalu membuatku merasa tak berguna. Karena kau selalu berbohong pada orang yang mungkin saja peduli.

"Ayo Than, udah sampai kita."

"Iya ini juga mau turun, lo gak mau tanya dulu. Mereka emang udah sampai?," tanya Nathan sembari mengikuti Angkasa ak jauh dibelakangnya.

Ia heran, kenapa hanya karena ini a begitu semangat. Jika karena eskrim ia kan orang kaya, eskrim doang m[sa gak kebeli. Tapi Nathan tak memikirkan itu, mungkin karena Angkasa terali senang akan mempunyai teman baru. Karena dulu, ia terlalu sibuk dengan hidupnya dan hanya ada dirinya yang ia miliki.

"Nah itu dia,  Seta! Ayo Than," peliknya girang.

Nathan pun sudah pasrah dengan tangannya yang kembali diseret oleh Angkasa. Ia juga terkejut dengan pelukan Angkasa tadi, padahal ia sedang asik mengenang masa lalu.

Tapi saat sudah sampai langkah mereka semakin melambat, padahal dua orang disana sudah tak begitu jauh. Begitupun dengan dua orang itu, mereka berempat sama sama mematung disana. Bahkan Angkasa yang tadi semangat juga terpaku pada sosok di depannya.

"Kamu?," tanya Angkasa sembari menunjuk satu orang disamping Seta, setelahnya ia menunjuk dirinya  sendiri.

"Gue."

Mereka mulai mendekat dengan perlahan, ditambah raut wajah kebingungan yang terlihat jelas. Apa yang ada didepan Angkasa seperti sebuah kaca, begitu mirip bahkan sangat mirip.

Zzzeeettt

Sengatan itu terjadi setelah keduanya menyatukan jari mereka, ada sesuatu yang membuat keduanya terikat begitu dalam. Tatapan dari mata mereka masing masing menggambarkan kesamaan, namun berbeda.

"Kenalin Sa, ini Langit. Langit kenalin teman gue waktu di rumah sakit, Angkasa," ujar Seta yang memecah hening diantara mereka.

"Aku Angkasa, ini pasti Langit yang Seta ceritain itu. Mirip ya? Nathan sini, diam aja disitu. Kenalin Seta, Langit, ini Nathan. Dia sahabat aku, emm... tepatnya dulu dan sekarang."

Nathan pun mendekat perlahan, sedikit terkejut melihat wajah Angkasa yang sama persis dengan Langit tapi ia mencoba tersenyum. Itu dibalas anggukkan dari keduanya.

"Jadi gimana Lang? Gue benar kan, Angkasa itu lo. Kemarin aja gak percaya, eh pas udah ketemu malah bengong," cibir Seta sembari terkekeh.

"Eh iya, Angkasa ya? Gue Langit, dan jangan dengerin omongan curut satu itu."

"Eh Lang, gue itu tinggi ya. Kenapa lo bilang gue curut, kurang asem lo."

"Emang karena gue manis gak asem, mending lo diam aja deh ganggu. Oh iya Sa, kita ke kedai eskrim disana ya? Kata si curut dia yang bayar, kajja."

Seta pun hanya bisa menekuk bibirnya, melihat Langit yang sudah merangkul Angkasa dan Nathan yang sudah diseret oleh Angkasa membuat ia mau tak mau harus mengikuti mereka dari belakang. Ku rasa lebih mirip bodyguard dari pada sahabat, tapi ya sudahlah. Mereka akan menghabiskan waktu pagi ini.

"Sudahlah, kamu gak capek apa? Lagian Langit udah aku anggap anak, gak baik memanfaatkannya sebagai senjata untuk balas dendam. Aku nerima kamu apa adanya sayang."

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang