•••
If I Could Why Not ?
•••Perubahan seseorang itu pasti, jangan permasalahan itu.
Tapi pikirkanlah bagaimana dan berapa lama waktu perubahan itu datang,
karena mungkin ada yang salah di sana hingga membuat hasil yang
berbeda.•
•
•
Malam ini seakan sama saja, tak jauh berbeda dari malam yang lalu. Hanya berbeda dari segi tempat dan waktu, namun alasannya akan selalu sama baik sekarang atau dulu. Angkasa kembali lagi merasakan kecewa malam ini, nyatanya usahanya hanya menuntunnya pada kecewa yang semakin dalam.
Mision sepi malam ini, ia memutuskan pulang dan tidak membebani Kenta. Terlebih kemarin malam ia kembali merepotkannya, Angkasa tak ingin menghabiskan waktu Kenta bersama keluarganya yang baru saja kembali. Ia masih punya muka, untuk tak merenggut itu walau dia sendiri tak mendapatkannya.
Masih bisa dibilang larut sekarang, tapi kenapa tak ada satu pun yang pulang. Apakah mision ini sudah berganti pemilik, Angkasa rasa tidak. Tapi dimana penghuninya, ini yang Angkasa benci bila harus berada di rumah tapi ia juga tak bisa pergi.
"Kenapa semakin gue tahu semuanya, semakin banyak orang juga yang menjauh. Apakah seharusnya gue gak tahu, dan tetap diam," keluhnya malam ini. Kamar ini lagi lagi menjadi tempat ia berkeluh, kamar dimana semuanya dimulai. Kamar orang tuanya. Kalau salah satu kakaknya ada disini, mungkin ia sudah di usir keluar dari sini.
Angkasa beranjak dari tempatnya untuk menatap angkasa dari jendela, ia berusaha menyelusuri kejadian itu kembali. Tepat pada sebuah lemari buku yang terlihat tua, memori itu kembali terkenang.
"Harusnya masih ada disini, brankas dan cetak birunya."
BRUKK!
"Apa ada seseorang dikamar bang Galaksi," tanya Angkasa lirih.
Dengan segera dirinya meninggalkan aktivitas nya yang tadi dan segera melangkah menuju kamar Galaksi, tidak jauh karena masih berada di lantai atas. Namun sepertinya Angkasa selalu memilih pilihan yang salah, harusnya Angkasa memang tak berada di mision ini. Angkasa tidak ingin melihat atau menyaksikan ini, Galaksi nya berubah.
BRUKK !
PRANG !!
Dengan langkah cepat Angkasa berlari dan mencoba memeluk Galaksi saat itu juga, ini yang tidak pernah ia harapkan dari Galaksi. Ia dapat mencium bau alkohol yang kuat saat tengah berusaha menenangkan Galaksi yang hilang kendali, Galaksi baru saja menghancurkan barang barang kamarnya sendiri. Namun dekapan itu tak berlangsung lama.
BUGH !
"Lo?!."
"Ini Angkasa bang, Angkasanya abang."
Angkasa mencoba setenang mungkin saat ini. Jujur ia sedikit takut melihat Galaksi yang sudah berubah seperti ini. Galaksi hanya tersenyum sinis, dan menatap Angkasa lekat. Pukulan nya tidak hanya melepaskan rengkuhan itu, tapi juga membuat luka di pipi dan belakang kepala bocah itu yang terduduk dengan posisi dekat tembok kamarnya.
"Masih ingat rumah? Kirain udah amnesia. Kenapa pulang? Keluyuran aja sekalian."
"..."
Angkasa terdiam, bukan ini yang ingin ia dengar dari Galaksi. Kakaknya itu dibawah pengaruh alkohol, apa harus ia mengatakan alasannya seperti ia berkeluh pada Kenta. Bukan maksud membedakan, tapi yang di depannya bukan Galaksi yang Angkasa kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...