●●●
If I Could Why Not ?
●●●Jadi ada bukan berarti terlihat, menghilang juga tak berarti tidak tampak. Karena rasa lebih bisa diandalkan untuk melihat dari pada penyataan yang diambil waktu sesaat.
●
●
●
Pernah dengar tentang bintang jatuh? Ku rasa iya, dan Angkasa melihat juga mendapatkannya. Sesuatu harapan yang jatuh pada senja yang tidak pernah jenuh, harapan yang baik? Tentu, bahkan terlampau baik. Tapi masalahnya itu takkan pernah ada, tidak pernah dapat ia gapai.
Andai waktu bisa kembali, ia hanya ingin mengubah sedikit saja skenario tuhan. Setidaknya beliau tak menghadapkannya pada pilihan yang rumit, seakan menang tak diberi jawaban untuk itu.
Sore ini ia mendapatkannya, sesuatu yang tak pernah ia pikirkan. Hingga akhirnya ia hanya bisa berjalan pelan menanti gelap dengan banyak orang namun ia masih merasa sepi dan sendiri.
"Maksud abang apa? Tidak mungkin mereka seburuk itu, aku gak percaya."
"Tapi lo harus percaya, masa lalu yang lo lupain nyatanya emang harus lo lupain. Percaya gak percaya, mereka takkan menjadi seperti sekarang kalau bukan karena lo yang sekarang. Mereka udah jadiin lo robot Sa, disini, mereka memasangkan alat disini. Lo ngerti kan sekarang? Lo bukan lagi manusia dengan adanya alat ini di otak lo."
Langit bahkan sempat menyentuh kepala Angkasa lembut, taman sepi ini menjadi saksi bisu atas si kembar. Pengakuan yang sulit diterima, tapi memang terjadi dan sudah dijalani.
"Jadi setelah semua selesai, ayo kita pergi dari sini. Cuma kita berdua, memulai hidup baru tanpa keluarga yang sama sama egois kayak mereka. Untuk apa ada yang namanya keluarga kalau semua itu tak bisa membuat kita hidup bahkan bahagia. Adek sayang abang kan? Abang bakal nerima adek, kita akan bahagia setelah ini, tanpa mereka."
TIN!! TIN!!
Lamunan itu menguap pergi, semuanya seakan memang beranjak meninggalkannya. Kenyataan yang baru ia dengar beberapa jam yang lalu buyar karena suara klakson mobil disana, Angkasa menajamkan penglihatannya barangkali ia salah mengenali.
"Seta?."
"Siapa orang yang kau suruh itu? Aku penasaran tahu."
"Dia seseorang yang dekat dengan Langit, perusahaan kuarganya tengah membutuhkan donatur. Lalu aku memberikan tawaran yang menarik untuk itu."
"Lang..."
"Angkasa, aku Angkasa bukan Langit."
"Tapi seragam lo..."
"Gak penting, kamu mau nangkap aku kan? Lakukan," jawab Angkasa cepat.
Setidaknya ia ingin menjaga perasaan Langit, ia tak mau melihat kekecewaan yang sama karena orang di hadapannya ini, terlebih Seta adalah sosok sahabat bagi Langit. Setidaknya itu lebih baik dari pada tidak.
"Dari mana lo tahu?," tanya Seta kembali.
"Aku tahu semuanya, sekarang lakukan sesuai yang diperintahkan dan selamatkan perusahaan ayahmu. Aku tahu semua sulit, jadi lakukan."
Seta hanya bisa menatap Angkasa yang sudah mengajukan tangannya, persis seperti seorang penjahat. Tapi Seta tahu, dialah penjahat sebenarnya dan menjadi penjahat tak semudah yang ia harapkan.
"Tapi lo..."
"Kalau gak mau dan kamu memang menyesal, bantu aku. Perusahaan Alexander akan menjadi donatur tetap, tapi bantu aku dengan permintaan ini. Kau mau? Bagaimana, ini lebih baik dari pada menjadi seorang penghianat," tawar Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...