●●●
If I Could Why Not ?
●●●Jadi berhenti untuk terus berada pada poros yang sama!
Karena kamu tetap takkan bisa merubah apapun dengan itu.●
●
●
"Jadi bagaimana keadaannya?."
"Seperti yang sudah saya jelaskan, Angkasa sama sekali tak bisa mengingat apapun bahkan namanya sendiri. Kita akan terus memantau perkembangannya, mungkin saja Angkasa menunjukkan perubahan nanti," jelas Kenta diruangannya.
Dapat dia lihat raut wajah sedih dari dua orang di hadapannya itu. Ya bagaimana tidak, setelah lama menunggu kemudian dikecewakan dengan Angkasa yang bahkan tak tahu apapun.
"Apakah tidak ada kemungkinan Angkasa masih menyimpan sedikit ingatannya nak?."
"Maaf tan, tapi saya sudah pernah bilang resikonya. Lalu kalian pun sudah menyetujuinya, jadi biar seperti ini om, tan. Kita buat saja lembaran baru untuk Angkasa, kita pasti bisa. Meskipun tidak mengingatnya, setidaknya Angkasa masih bersama kita sekarang."
Sejenak, hening itu melanda ketiganya. Mereka membenarkan apa yang dikatakan Kenta, mereka seharusnya berterimakasih kepada tuhan karena masih diberi kesempatan untuk memperbaiki semua bersama Angkasa di sisi mereka.
"Kita harus percaya bahwa Angkasa pasti bisa tetap bersama kita."
Kenta bahkan menggenggam tangan keduanya, ia jadi benar benar merindukan keluarga aslinya sekarang. Air mata pun menjadi pelengkap pagi ini, tuhan memang tahu cara terbaik untuk membuat banyak kisah untuk ribuan manusia.
Namun kisah ini seakan melengkapi penyesalan mereka. Kini Angkasa membutuhkan mereka untuk bisa membuat ingatan baru yang jauh lebih indah dari dulu.
●
●
●
"Jadi nama aku Angkasa, dan kalian abang aku."
"Iya dek, kamu Angkasa. Terus aku Galaksi, bang Galaksi. Yang di sebelah kamu sambil nangis itu Samudra, adik abang dan abang kamu juga."
Angkasa sejenak memalingkan pandangannya dari Galaksi menuju sosok yang katanya Samudra di sebelahnya. Dilihatnya raut wajah itu masih saja meneteskan air mata disana, itu membuat hati kecilnya juga ikut sakit karena nya. Seperti ada sesuatu yang mmembuatnya jadi berkaitan.
"Jangan nangis, meskipun aku gak ingat apapun. Tapi rasanya ada yang sakit disini saat lihat kamu, emm salah. Abang, iya saat lihat bang Samudra nangis," ucapnya lembut sembari mengusap beberapa air mata yang lolos di pipi Samudra.
Tapi bukannya berhenti menangis, Samudra justru semakin terisak sambil memeluk Angkasa dengan erat. Yang ada di sana hanya bisa memandang keduanya, ingin tertawa tapi ini bukan waktu yang tepat untuk melakukan itu.
"Maaf dek."
Angkasa sedikit tak asing dengan kata itu, rasanya ada sesuatu yang ia lupakan dan itu berkaitan dengan kata maaf. Namun isakkan Samudra membuyarkan semuanya. Tanpa sadar tangannya sudah terangkat untuk mengusap punggung sang kakak.
"Aku, adek sayang abang."
Angkasa tak tahu apa apa untuk membalas ucapan Samudra, tapi entah kenapa kata itu terucap begitu saja. Samudra lantas melepaskan pelukan itu kemudian tersenyum hangat karena Angkasa. Mendengar ucapan itu membuat Samudra berhenti menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...