●●●
If I Could Why Not ?
●●●Kamu tahu? Tidak hanya Juni waktu yang hujan pilih untuk merindu.
Karena sebelum yang merindu bertemu, maka setiap waktu adalah lambat yang menjadi semu.
Berarti hujan merindu bumi setiap waktu, bukan begitu?●
●
●
01 September, pukul 21.53. Rumah sakit daerah Gangnam, Korea.
"Maaf, bapak tunggu disini. Kami akan melakukan yang terbaik buat istri dan anak bapak, permisi."
Langkahnya terhenti, ya ia hanya bisa menunggu dibalik pintu ini. Xafaga masih saja cemas, padahal ini adalah kali ketiga ia menemani sang istri melahirkan. Tapi untuk yang ini rasanya berbeda, malam ini ia seperti hampa. Sama saat ia menemukan Fiara yang tak sadarkan diri di kamar mereka dengan air ketuba yang sudah pecah.
Seharusnya ia lebih bisa memperhatikan istrinya, jika saja ia tak terlalu di perusahaan ini tidak akan terjadi. Lalu disini ia hanya sendiri, bila kemarin ia ditemani celotehan Galaksi, saat ia Xafaga hanya ditemani hening karena keduanya berada jauh di tempat asal.
"Bertahan sayang, kedua bayi kita dan kamu pasti akan baik baik saja. Semuanya akan kembali seperti semula."
Sekarang hanya itu yang bisa Xafaga ucapkan malam ini, ia berharap semua berakhir baik. Tanpa mereka tahu ada sosok lain yang menyeringai kejam disana, merencanakan sesuatu yang tidak akan membuat semuanya baik di masa depan.
Tia sudah buta akan balas dendam, tanpa ingin tahu bahwa sosok yang sedang berjuang di dalam sana pernah menjadi sahabatnya.
"Kita lihat saja? Ku pastikan kau takkan hidup tenang setelah merebut kebahagiaan dan impianku. Lagi pula manusia mana yang bisa bahagia setelah menghancurkan kebahagiaan orang lain selain dirimu, mantan sahabat."
Akhirnya malam itu terjadi, pembalasan rasa kecewa Tia kini akan terlampiaskan pada dua bayi tidak berdosa itu. Setelah menunggu sedikit lebih lama, akhirnya Tia masuk dengan pakaian perawat dan masuk ke ruang inkubator. Ia mendapat kesempatan setelah Xafaga masuk ke dalam ruangan setelah dokter mengatakan kondisi Fiara yang kritis karena pendarahan.
Untuk sejenak ia memperhatikan dua bayi tampan itu, ada rasa sesak yang mendera batinnya. Ia juga ingin merasakan bagaimana menjadi seorang ibu, tapi Fiara merenggut semua itu dahulu. Tanpa ia sadari air matanya menetes disana, entah kenapa ia tak ingin memisahkan dua bayi kembar ini. Tapi egonya menang kini.
"Kenapa aku harus meneteskan air mata sekarang, kalian begitu bisa membuatku merasa iri. Aku juga ingin memiliki tang seperti kalian, sungguh."
Tangannya bahkan sudah terulur untuk mengelus pipi merah keduanya, nampak keduanya begitu tenang padahal mereka sebentar lagi akan terpisahkan olehnya.
"Tapi maaf, kalian harus ku pisahkan agar penghianat itu menderita. Salahkan saja dia yang pernah mengatakan bahwa anaknya juga anakku, walaupun kalian tak tahu apa apa aku akan tetap membalaskan rasa kecewaku."
Malam itu Tia membawa salah satu dari dua bayi merah itu, dirinya berhasil mengelabui dokter bahwa dia akan keluar dengan bayi yang sudah tak bernyawa itu. Dokter percaya, dan menyampaikannya pada pihak keluarga. Tia sempat tersenyum, padahal bayi yang masih ada di inkubator itu sempat menangis karena jembatannya ia bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...