28. Ya Atau Tidak ?

179 26 2
                                    

●●●
If I Could Why Not ?
●●●

Hari ini tidak seperti hari sebelumnya, tentu. Karena siapa juga yang mau mengulang lagi saat semuanya memang tak pantas untuk kembali, bahkan
sekedar diingat lagi.

"Maaf dengan berat hati harus saya jelaskan kembali, bahwa pasien sedang dalam keadaan koma. Juga penyakit kanker otaknya sudah masuk stadium 3, karena pasien merupakan pasien tetap saya selama beberapa bulan terakhir." Setelahnya Kenta nampak menghela nafas dalam.

"Lalu adik saya akan kembali bangun kan kak?." Tanya Samudra dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Kakak tidak terlalu yakin, menurut analisaku ..."

Kini, larat malam ini semua tahu betapa pekatnya kelabu dari seorang Angkasa. Detik ini mereka sedikit merasakan penderitaan darinya yang sering tersenyum, seakan semua yang mereka tahu kini tak pernah ia alami sebelumnya.

Semuanya tahu, tapi semuanya masih diam seolah tak tahu. Mereka seakan menolak keras akan takdir yang semesta sampaikan. Mereka merasa ingin meminta serbuk keajaiban tuhan untuk bisa kembali mengulang waktu dan mengubah masa lalu. Tapi tetap saja, semua itu tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi.

"Dek, gue lagi mimpi kan? Kenapa semua orang nangis karena lo? Termasuk gue. Coba bangun dan katakan semua tak benar."

Runtuh sudah pertahanan Samudra setelah mengatakan itu, dirinya bahkan sudah berlutut di samping ranjang sembari menggenggam tangan Angkasa yang dingin. Rasanya ia benar benar ingin punya mesin waktu dan kembali mengulang masa dulu.

Galaksi yang memang ada di ruangan itu masih setia mengusap surai sang adik. Kini dia mendapatkan jawaban dari pertanyaanya malam itu. Ingin sekali rasanya ia menangis seperti Samudra dan yang lain di luar sana. Tapi ia tak mungkin melanggar permintaan Angkasa dalam note itu, setidaknya tidak jika ia dihadapan Angkasa.

"Abang gak nangis kok, tapi bang Samudra sama yang lain cengeng banget. Padahal mereka pasti tahu bahwa adek gak mau lihat mereka nangis bukan?." Sejenak Galaksi terkekeh, ia persis seperti orang gila. Ditambah isakkan Samudra semakin mengambil alih hening di sana.

"Bisakah Angkasa bangun? Mereka pasti gak akan nangis kalau Angkasa bangun." Permintaan yang sedang semua harapkan pada Angkasa, tapi ia bisa apa kini tuhan yang mengambil kendali.

Mereka berdualah yang sanggup menemani Angkasa, karena baik Xafaga, Fiara, atau yang lain tak bisa menemani. Mereka takut tidak akan bisa lagi menahan diri untuk tak membangunkan Angkasa secara paksa. Termasuk Nathan yang sudah tahu sedari awal.

"Gue emang gak pernah berguna dek, tapi gue pingin jadi berguna buat lo. Jangan tidur terlalu lama, karena kata Gian itu bukan sebuah kenyataan yang bisa Angkasa abadikan. Bertahan dan tetap bersama kami, dek," lirih Samudra di telinga Angkasa.

Sudah susah payah menahan tangis, tapi tetap saja air mata itu turun kembali. Bahkan tetesannya mengenai kelopak mata sang empu saat Samudra mengecup keningnya lama, penuh sangat penuh dengan pengharapan juga sesal.

'Jangan nangis karena gue bang, selain karena gak suka air mata itu juga buat gue tambah sakit.'

'Gue lelah bang, boleh nyerah gak? Gue capek, semuanya juga sudah baik-baik aja bukan? Apa lagi yang harus gue lakuin disana. Semua sudah selesai, tapi gue masih berharap kesempatan kedua untuk kembali. Bagaimana Tuhan? Semua ada pada bait takdir-Mu.'

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang