43. Penyadap

118 18 0
                                    

●●●
If I Could Why Not ?
●●●

Jangan tertipu dengan apa yang kau lihat, tapi percayalah pada nyata yang hadir walau sesaat.
Karena sekeras apapun kamu menolak, tetaplah saat itu yang akan kau dapatkan kelak.

"Bang?."

"Hemm."

"Gue nyari cooky sama tata, kemarin malem lo ambil itu dari kamar Angkasa kan? Sama shooky juga."

"Buat apa sih, lagian gak ada yang ingat selain kita kan?."

"Jangan mulai deh? Emang kenapa sih bang? Cukup deh, kita semua udah bahagia sama Angkasa yang sekarang. Apa lo mau dia menderita kayak dulu? Lo mau dia ngejauh dari kita karena Angkasa ingat semua kenangan buruk itu? Kenapa lo selalu ungkit lagi masalah ini, organ robot di otaknya yang membuat dia masih sama kita bang."

"Tapi dia udah lupain semuanya Sam, semuanya. Sekarang abang tanya, emang kamu bisa nerima dia yang bahkan gak pernah ingat tentang kita? Lihat bahkan kakek juga berubah sekarang Sam."

"..."

"Diam kan? Ini juga alasannya Sam, karena gak semua kenangan itu buruk Sam. Mengertilah, dia sudah melupakan kita semua. Abang cuma rindu sama adik kecil kita."

"Bisa bang, Samudra bisa nerima itu. Karena ini jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali, tidak apa kalau Angkasa tak ingat gue atau lo bahkan kita semua. Karena gue rasa semuanya jauh lebih baik, berhenti egois bang. Angkasa yang dulu sudah pergi, tuhan cuma kasih kita kesempatan sekali dan itu sekarang."

Bruk!

Klik.

"Kenapa Sa? Lo baik bukan? Dari tadi ngelamun mulu."

Langit hanya bisa menghela nafas sembari menggeleng pelan sebagai jawaban, siang ini ia tahu bahwa Angkasa juga tak pernah baik. Percakapan tadi sudah membuktikan segalanya, penyadap itu benar benar melakukan tugasnya.

"Terus itu mau dimakan gak? Mubazir tahu, mending buat gue aja. Lo mah gue ajak makan malah ngelamun, canggung ya?," tanya Nathan kembali.

Pikiran Langit masih saja terbayang akan percakapan Galaksi dan Samudra di kamar Angkasa. Jadi itu penyebabnya, tapi masa lalu seperti apa yang mereka sembunyikan dari adiknya. Terlebih Angkasa yang bahkan tak tahu apapun.

Amnesia?

Organ baru?

Masa lalu?

Sebenarnya apa semua ini, apa benar adiknya mengalami itu semua.

"Sa."

"Angkasa."

"ANGKASA DEWATA ALEXANDER!."

"Hah, iya. Kenapa teriak, malu tahu dan pendengaranku masih berfungsi," sahut Langit yang sempat melirik sekitar setelah Nathan meneriaki namanya.

"Harusnya gue yang nanya, lo kenapa ngelamun? Dari tadi dipanggil juga, mau gue bawa ke bang Kenta sekalian periksa telinga. Siapa tahu ada bakso yang nyumbat."

Kenta siapa lagi? Langit bahkan masih bingung dengan ini, padahal ia yang buat rencana.

"Kak Kenta?."

"Iya, lo gak lupa sama dokter itu kan? Padahal dia itu dokter yang lo temui pas masih di RS tahu."

Baiklah, gue cari tahu gak papa kan dek? - batinnya.

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang