45. Hope A Dream

159 19 0
                                    

●●●
If I Could Why Not ?
●●●

Jangan jadi seorang pembohong, katakan pada dunia siapa dirimu! Tunjukan pada semua setiap keluhanmu! Perdengarkan pada mereka tangis dan keluhmu! Tenanglah aku selalu disini bersamamu.

Harapan dalam mimpi, sangat sesuai dengan situasi pagi ini. Kenyataan yang tak pernah diharapkan nyatanya itu yang tuhan beri untuk kita hadapi, ekspektasi kita mungkin hanya akan menjadi angan belaka. Jikalau dipersenkan hanya satu dari seribu yang tuhan kabulkan.

"Angkasa koma, luka tusuk di perut dan punggungnya cukup dalam. Terlebih dia sempat kekurangan darah, ini semakin memperburuk keadaannya. Saat ini dia masih kritis, kita berdoa saja supaya masa krtisnya cepat berakhir," jelas Kenta.

"Sa? Lo punya mesin waktunya doraemon gak? Gue mau ngulang semua kalau akhirnya akan seperti ini."

Boleh tidak Langit menukar seribu harapannya untuk hidup saudara kembarnya, jika bisa tolong kabulkan. Langit tak ingin sampai pada saat ini, pagi yang begitu tak ingin ia lewati. Sekarang dengan nyata ia melihat apa yang dulu Angkasa alami, ternyata bisa sesakit ini.

Ia ingin mengulang masa dimana ia tahu semuanya, masa dimana ia bertukar kehidupan dengan Angkasa, masa dimana ia masih bisa bicara dengannya sore itu. Tapi ini tidak semudah membalikkan jam pasir, sangat sulit.

"Maaf Sa, gue harus pergi. Tapi ini bukan karena lo, jangan GR. Gue akan bahagia, dan lo juga harus bahagia tapi lo harus bangun dulu. Sekali lagi maaf, dan... Sampai jumpa twins."

Langit mengecup sebentar dahi sang adik, memilukan sejenak pendengarannya dari suara nyaring mesin EKG itu. Lalu mengusap sebentar surainya dan beralih pada liontin yang digunakan Angkasa, sama persis dengannya. Ia tersenyum dan pergi dari ruangan itu.

Sejenak mengingat kembali detik detik yang tak pernah ingin ia ulangi lagi. Hanya untuk sekedar menyadari, bahwa itu semua sudah terjadi.

"ANGKASA!."

Semua terasa melambat, ruangan yang mulanya dihuni eh tiga orang itu mendadak ramai. Disana ada Langit, dan keluarga Alexander lainnya tanpa Sena. Semuanya sukses terdiam, tidak lama sampai Langit mendekat pada Angkasa dan menjauhkan Tia darinya.

"Sa, dek! Lo dengar gue?."

"B...bang La...ngit."

Lirihan itu sukses membuat air matanya jatuh seketika, disusul dengan keluarga Alexander yang mendekat. Bahkan Samudra berusaha mengambil alih Angkasa yang berada dalam dekapan Langit, mereka hanya bisa terisak terlebih mereka sudah tahu semuanya dari Langit dan Seta.

"J...jangan na...ngis."

Mendengar itu mereka malah memperketat tangisannya.

"Wah drama yang bagus, benar begitu Langit?," tanya Tia kemudian Langit berdiri dan melangkah mendekat.

"Kenapa? Eomma yang ku kenal tak sekejam dirimu."

"Karena penghianat itu," jawabnya sambil menunjuk ke arah Fiara.

"Tapi kenapa kau lampiaskan pada adikku jika yang bersalah adalah dirinya? Ini tidak adil."

"Karena ini juga tak adil bagiku, karena Angkasa ada saat aku sudah tak sempurna, karena dia sudah merenggut hak ku sebagai seorang ibu."

Langit lantas terkekeh karena penjelasan Tia, sungguh hanya karena itu. Ia pun berbalik dan melihat sekilas ibu kandungnya, dia terus saja bergumam kata maaf sembari terisak.

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang