41. Between Two Life

114 18 0
                                    

●●●
If I Could Why Not ?
●●●

Takdir memang kadang tak sesuai ekspektasi, tapi apa yang salah dengan itu? Mereka masih sama sama menentukan jalan hidup kita, baik dulu kini dan selamanya.

"Mau kemana nak? Kok bawa koper? Kayak berani aja kamu sok sok an kabur, memang Langit berani?."

Sejenak langkah itu terhenti, kenapa juga dirinya tak berangkat malam saja. Tapi kan Angkasa juga berangkat pagi, ia kini hanya bisa menghela nafas. Tubuhnya berbalik dan mendapati kedua orang tua, ini maksudku kedua orang pengasuhnya tengah sarapan pagi seperti biasa.

Pilihannya Langit hanya satu, jika ia ingin mengetahui semuanya ia harus bisa untuk menutupi semuanya juga.

"Eh eomma, Langit mau..."

"Mau apa?," potong Deva.

"Engga kok yah, ayah bunda makin serasi aja makin baper aja Langit liatnya. Padahal kaliankan udah jadi pasangan lama, tapi masih aja keliatan kayak pasangan jaman now," elak Langit sembari menjalan mendekat.

"Ini nih, kalau udah kayak gini pasti ada maunya. Mau apa kamu?."

"Gak banyak eomma, Langit cuma mau ke korea sebentar. Barang Langit ketinggalan di rumah samchon, tak apa bukan? Langit besok juga pulang kok."

Tia dan Deva tersentak, kenapa tiba tiba sekali? Setidaknya jika Langit mengatakannya dari sejak ia pulang kesini, mereka pasti akan menyuruh seseorang untuk mengambilnya.

"Kenapa baru ingat sekarang coba? Udah hampir satu minggu kok baru keingetan," omel Tia sembari meletakan omelet di piring ketiganya.

"Ya namanya juga lupa, mau digimanain coba? Untung aja masih ingat, Langit belum mau amnesia bun. Lagi pula tempatnya cuma Langit yang tahu, boleh ya? Appa aja ngizinin iya kan?."

"Ne."

Deva makam asik sendiri dengan omelet dan ponsel digenggamnya. Itu membuat Langit bersorak, tapi tidak dengan Tia. Ia menatap tajam suaminya, bukan masalah dana. Hanya saja pulang pergi dalam satu hari itu sama sekali tidak enak. Ia hanya khawatir.

"Gimana bunda?."

"I... et, kalau sebentar kenapa bawa koper?."

Nyaris saja, Langit harus mencari alibi kain karena koper.

"Itu karena barang yang mau Langit ambil kan banyak. Nah, koper Langit yang disana gak mungkin muat, jadi Langit bawa dari sini deh."

"Ya udah, tapi ingat jangan bolos besok harus udah sekolah. Arraci?."

"Arraseo eomma, gumawo ne. Sarangheo eomma appa."

"Nado sarangheo."

Langit hanya bisa tersenyum palsu sembari menghela nafas pelan, rasanya begitu sulit percaya bahwa keduanya bukan orang tua kandungnya. Sulit untuk percaya bahwa hadirnya hanya untuk sebuah balas dendam.

Satu pesan masuk dari LangitTemannyaSeta.

Sa, gue minta tolong. Ini penting, gue harap lo mau bantu.
21.32

Kenapa Lang? Kamu baik baik aja kan? Kalau aku bisa aku pasti bantu.
21.40√√

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang