•••
If I Could Why Not ?
•••Menemukan sesuatu tidak semudah menyembunyikannya.
Karena saat kamu menyembunyikan kamu tidak pernah tahu
siapa yang menemukan.
Begitu pula saat sudah ditemukan, kamu tidak akan pernah tahu
akan ada banyak tujuan di dalamnya.●
●
●
Hening semakin terasa saat kita tak melakukan apapun, Angkasa menyadari itu sekarang. Nyatanya berdiam diri dengan tidak melakukan apapun membuat pikirannya terasa kosong, di tambah pagi ini tak ada seorang pun selain dirinya.
Galaksi dan Samudra sudah pergi, salahkan saja obat itu. Semalam ia kambuh dan lupa dimana ia menyimpan obatnya, jadinya ia terus mencari dan menemukannya satu jam kemudian. Oleh karena itu ia terlambat bangun, bahkan nyaringnya alarm pun tak mengusiknya.
Tapi Angkasa juga melupakan malam itu ia tidur di ruang tamu karena khawatir pada Samudra. Dirinya juga melupakan bagaimana bisa ia sudah terbangun di kamarnya. Ku rasa itu efek dari penyakitnya.
"Huh, kalau begini rasanya di skors gak pernah gue mau nyobain. Gak enak, gak ada teman pula. Kalau panggil Nathan dia..."
Angkasa memukul kepalanya pelan, ia bahkan melupakan alasan ia berada di rumah sekarang. Pasti rumor itu sudah menjadi trend di sekolah, dan penyebabnya adalah Nathan. Angkasa ingin sekali marah dan membalas, tapi ia tahu kenapa sahabatnya melakukan itu.
"Pusing gue sama tuh orang, dan sepi juga ya gak dikasih ceramah pagi kayak sebelumnya. Tapi gue gak boleh egois, semua harus sesuai dengan begitu gak bakal ada banyak yang curiga."
Angkasa menghela nafas, lantas beranjak dari ranjangnya. Karena faktor malas, ia bahkan hendak kembali tidur setelah mandi dan makan. Tapi karena mengingat itu, ia lantas mengurungkan niatnya dan mulai keluar dari kamar.
Ia harus segera menemukan apa yang mereka inginkan, ditambah ini waktu yang tepat karena hanya ada beberapa pelayan di mision. Itu memberi Angkasa waktu untuk mencari lebih tenang. Langkahnya berhenti di pintu kamar itu, kamar kedua orang tuanya.
Untuk sejenak setelah Angkasa membuka pintu, bayangan mengenai kejadian itu berputar jelas di kepalanya. Rasanya ia ingin kembali dan mencegah semuanya, tapi ia tahu itu semua tidak akan mungkin.
"Maaf yah bun, tapi Angkasa gak ada pilihan lain. Brankas itu harus segera Angkasa temukan, dengan begitu semuanya akan kembali," gumamnya lirih.
Ia lantas masuk lebih dalam, mencoba menelusuri setiap sudut ruangan itu. Angkasa mencoba mencari lebih teliti, mulai dari ranjang, laci, meja, bahkan lemari. Namun semuanya tak membuahkan hasil, Angkasa bahkan tak sadar sudah menghabiskan banyak waktu di ruangan itu.
"Gue gak boleh nyerah, pasti brankas itu ada di suatu tempat di ruangan ini. Ayolah, bantu Angkasa yah bun," keluhnya. Sembari menarik rambutnya frustasi, dan saat itu juga pandangannya jatuh pada rak buku disana.
"Benar juga, tempat rahasia. Tapi buku yang mana?."
Angkasa nampak mendekat dan mencoba mengingat kembali rahasia dibalik rak ini. Tinggal menemukan buku itu lalu ditarik dan tempat itu akan terbuka. Angkasa mencari setiap judul buku yang berkaitan dengan masa lalunya, hampir tiga kali ia mencoba.
Kini ia menelusuri rak tengah, ini percobaan keempatnya. Dengan judul buku 'Dream Family Alexander'. Sepertinya itu buku diary, tapi apa salahnya mencoba. Mungkin saja benar, lalu Angkasa menarik buku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...