EPILOG

342 24 0
                                    

●●●
If I Could Why Not ?
●●●

Untukmu yang pernah mencium aroma hujan, ku ucapkan selamat. Karena kamu berhasil mengetahui apa yang mereka rahasiakan. Beda denganku yang hanya tahu, bahwa hujan adalah rintik yang menjadi alasan ku
bersedih saat ku tak ingin
mereka tahu.

Pagi memang selalu bisa menjadi awal baru, baik bagi dunia maupun mereka yang hidup di dalamnya. Kadang juga itu merupakan sesuatu yang selalu kita nanti kedatangannya, entah untuk memulai atau mengakhiri. Yang pasti hadirnya selalu datang hingga nanti.

Kring! Kring! Kring!

Tap

"Bocah nakal ini, gue punya cara yang bagus supaya buntelan kelinci ini bangun."

Setelah menggerutu seperti itu dirinya mulai menunduk di hadapan wajah orang yang sendiri tadi sedang tertidur. Sejenak melihat wajah damai nya, tapi ini sudah waktunya bangun. Samudra tersenyum lantas mendekat pada wajah Angkasa.

"Fffuuuhhh."

Sejenak ia terkekeh melihat wajah adiknya yang menjadi lucu karena dia yang meniup nya tadi. Tapi Angkasa masih belum terbangun, Samudra mulai terpikir cara lain. Dengan segera ia mendekat pada kuping sang adik.

"Bangun dek, lo gak mau abang tinggal kan?."

Angkasa terusik sejenak, ia membuka mata namun menutupnya kembali. Masih belum mau bangun? Batin Samudra. Baiklah ini cara terakhir yang ia punya untuk membangunkan sang adik.

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

"Apaan sih bang? Aku masih normal tahu?," protes Angkasa kesal sembari duduk dan menatap tajam ke arah Samudra.

'Berhasil kan? Dasar buntelan kelinci.'

"Ya kan tadi gue udah bangunin, tapi Angkasa gak mau bangun. Ya gue cium aja sekalian, lumayan morning kiss dek."

"Morning kiss, morning kiss, yang ada bad morning tahu gak? Sana sana, Angkasa mau siap siap. Nanti ditinggal lagi sama bang Galaksi," usir Angkasa yang sudah beranjak dan mendorong pelan Samudra agar ia keluar.

"Iya iya, sabar napa sih? Ini juga mau keluar kok."

Samudra pun hanya bisa menghela nafas lalu pergi keluar, bertepatan dengan Angkasa yang juga menutup pintu kamarnya. Rasanya sudah lama, tapi itu tidak sama.

Angkasa tidak sama, itu seperti kutukan dan anugrah bagi mereka. Ini sudah lebih dari lima bulan setelah kejadian buruk tempo hari, dan Angkasa tidak nampak sama seperti dulu. Mulai dari logat bicara, penampilan juga yang paling terasa adalah kenangan yang tertinggal.

Awalnya memang sulit, tapi mereka tidak akan menyerah untuk menciptakan kenangan kenangan baru untuk Angkasa, terlebih kini ada sosok Langit yang kadang hadir ditengah mereka. Mereka bahkan berencana untuk pergi liburan bersama teman teman mereka hari ini.

Karena Xafaga dan Fiara sudah lebih dulu libur ke korea untuk menjenguk Langit, Angkasa yang hendak ikut pun terpaksa tinggal karena permintaan Langit yang ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Xafaga dan Fiara, hanya mereka berlima.

"Masih nunggu siapa bang?," tanya Nathan yang sudah kepanasan di dalam mobil.

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang