26. You Go?

197 29 2
                                    

●●●
If I Could Why Not ?
●●●

Jika hujan yang awan pertahankan juga harus terjatuh agar ia bertemu tanah. Maka usaha terbaik pun kadang harus menghianati untuk direnung oleh hati.
Namun, hidup tidak hanya tentang terjatuh dan kembali terjatuh untuk menggapai rindu, tapi juga cara bertahan untuk menetap agar menghindari semu.

"Kek, bisa lebih cepat?."

"Ya tapi ini macet Galaksi, kamu kenapa sih? Tenanglah Angkasa pasti baik baik saja, begitupun mereka," ujar Sena kepada Galaksi yang duduk di sebelahnya.

Malam semakin larut, dan mereka masih dalam perjalanan menuju lokasi yang diminta Angkasa. Sena pun menginjak pedal gas saat mobil di hadapannya melaju. Samudra juga hanya bisa menghela nafas di kursi belakang.

Sedangkan Galaksi mulai resah dengan wajah datarnya, sambil memandang ratusan mobil di balik jendela. Rasanya masih sama, ia merasa semuanya tak akan baik baik saja.

"Bang?."

"Hmm," gumam Galaksi tak mengalihkan pandangannya.

"Cuma mau bilang kalau semuanya gak akan baik baik saja."

"Kenapa kamu ngomong gitu Sam" jawab Galaksi yang kini telah menoleh pada Samudra.

"Setidaknya kalau gue ngomong gitu lo nyahut kan? Sedangkan kalau kakek bilang semuanya baik lo malah diam. Jujur gue gak suka bang Galaksi yang sekarang, terlalu beda. Kita mungkin gak akan tahu apa yang terjadi kedepan, tapi tuhan tahu apa yang terbaik di masa depan. Cukup percaya semua akan baik baik aja, tuhan sudah pasti mendengar," jelas Samudra panjang lebar.

Sejenak Galaksi memandang lekat wajah adiknya, ia juga melihat raut khawatir. Tapi Samudra berbeda dengannya, ia memilih percaya semuanya akan baik walau ia tak tahu. Tapi Galaksi seakan tak mempunyai alasan bahwa semuanya akan membaik.

"Maaf Sam, abang percaya kok. Semua akan baik baik saja, benar bukan?."

Galaksi tersenyum, dan Samudra juga merasa lega karenanya. Mereka harus bisa percaya bahwa semua pasti akan berjalan baik, dengan begitu tuhan pun tahu mereka takkan menyerah walau semuanya jauh dari baik.

Mereka tersenyum yakin, begitupun Sena yang tersenyum bangga. Ternyata semua cucunya jauh dari apa yang ada pada pikirannya. Mereka nyata nya jauh lebih baik dari itu.

"Baik, kita akhiri pertunjukan membosankan ini. Robot, hancurkan penghianat."

Sesaat setelah Hasan mengucapkan perintah itu pada sebuah mikrofon kecil, semua robot disana mulai bergerak mengusik mereka kecuali keluarga Mahesa tepatnya. Angkasa segera bergerak mundur melindungi sang bunda bersama Xafaga. Begitupun Kian yang melindungi Vania di sebelahnya.

"Ayah katakan padaku titik kelemahan robot ini," desak Angkasa pada Xafaga yang sudah melihat banyak robot mengepungnya.

"Bagian kepala, tepatnya di area tengkuk. Kita belum menyempurnakannya karena cip otak akan dimasukan dari sana."

If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang