•••
If I Could Why Not ?
•••Atensimu adalah hal tersulit untuk ku dapat, lebih sulit lagi
mendapatkan semua perhatianmu.
Tapi tak apa, bila tak dari mu setidaknya masih ada mereka sekarang.
Ku hanya berharap kau datang disaat ku masih bertahan, dan
tidak datang dengan sebuah
penyesalan.•
•
•
Mungkin bagi sebagian orang, waktu sendiri adalah masa dimana kalian bisa mengungkapkan apapun yang kalian rasa. Tanpa ada yang melihat, mendengar, bahkan berkomentar. Tapi bagi Galaksi, waktu sendirinya adalah masa dimana ia diam. Diam untuk dirinya, tapi tidak untuk hatinya sekarang.
Menurutku, bila Galaksi sudah diam tanda siaga mulai muncul. Sebab orang yang diam akan lebih bisa membuat orang lain rapuh seketika, entah itu bersifat introspeksi atau kemarahan. Tapi diamnya Galaksi, adalah untuk dirinya sendiri.
"Ayolah Ga, ini udah hari ke lima. Kamu mau diam aja kayak gitu? Cerita coba, siapa tahu itu mulut bisa berfungsi dikit. Jangan berkepanjangan, dunia tidak butuh Galaksi yang sempit sepertimu. Alam semesta membutuhkan Galaksi seluas apapun yang mampu terukur."
Benar, ini hari kelima setelah kejadian kedua Galaksi melihat Angkasa berada di rumah sakit. Sejak hari itu, mulutnya seakan tak berfungsi. Ia hanya diam dan berbicara seperlunya, baik itu di kantor atau rumah. Novan sudah kesal dengan tingkah Galaksi lima hari terakhir ini, dan pagi ini ia akan berbicara pada penderita bisu mendadak ini.
Padahal si pembuat masalah, yaitu Angkasa sudah baik bahkan bersekolah sekarang. Kenapa manusia satu ini masih saja diam, apakah hatinya sudah berjalan dengan benar.
"Van?."
"Akhirnya, capek aku dari tadi nunggu sekata dari mulut mu. Kenapa?," sahut Novan bahagia.
"Gak jadi."
"Yeh malah gak jadi, kenapa? Kamu mikirin adikmu itu, apa mikirin hidupmu?," tanya Novan kembali.
Novan bisa melihat Galaksi menghela nafas di kursi kantornya, ada apa dengan Galaksi pagi ini? batin Novan.
"Sebenarnya aku lagi memikirkan cara agar mulutmu itu bisa diam, berisik tahu gak?."
"Terserah, aku gak tahu aku kentang."
•
•
•
"Sa, gak mau coba kemoterapi gitu? Kan kata kak Kenta obat itu hanya bisa meredakan sakit, bukan menghilangkan penyakitnya," ungkap Nathan.
Pagi ini Nathan masih sama cerewetnya seperti pagi pagi sebelumnya, itu membuat Angkasa hanya bisa menghela nafas. Bagaimana caranya agar Nathan mengerti bahwa ini masih jam pelajaran, dan bu Surti terlihat mengerikan bila pelajarannya diganggu.
"Than, gue gak mau nentang apa yang udah tuhan takdir kan. Gue nyakin kalau waktu hidup gue masih ada, obat aja cukup buat gue. Lagian gue lagi berusaha buat memperbaiki semuanya, tak ada waktu untuk itu," balas Angkasa lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...