●●●
If I Could Why Not ?
●●●Rasanya sulit untuk percaya, tapi mereka memang benar benar ada dan nyata.
Kita bisa apa, bila tuhan sudah menafsirkan ia hanya memberi dua pilihan. Diam dan terima, atau bergerak kemudian kecewa.●
●
●
"Loh kenapa diam? Kakak gak ganggu bukan, dan lagi kakak ini dokter bukan hantu ya? Ngobrol aja kali, kakak cuma mau ngecek kondisi Angkasa aja. Gak bakal nyuntik kalian kok, tenang."
Semua yang semula hening di ruangan itu kembali menjadi damai kembali, walau tidak riuh setidaknya raut wajah mereka tidak setegang tadi. Dokter itu pun mendekat dan melakukan beberapa pemeriksaan pada Angkasa, Kenta bahkan mengganti kantung infus yang sudah hampir habis disana.
"Lupa kenalan ya? Kok canggung gitu mukanya dek?," tanya Kenta disela sela kegiatannya.
"Benarkah? Aku rasa hanya lelah saja."
Angkasa lantas mengalihkan pandangannya dari Kenta, sebenarnya sejak tadi ia tak bisa lepas dari wajah Kenta. Rasanya begitu tenang dan nyaman saat berada di dekatnya, tapi Angkasa tak tahu karena apa. Kenta terkekeh pelan karena tingkah lucu pasien merincinya ini.
"Gak usah ngadep kesana kalau kamu memang mau mandang wajah kakak. Nama kakak Kenta, kakak dokter disini. Lalu Angkasa adalah pasien nakalnya dokter, sekaligus adiknya kakak."
Semua yang ada disana terdiam karena penjelasan Kenta yang masih awam di telinga mereka. Namun atensi Angkasa kembali pada dokter di sebelahnya, sejenak mencoba mengamati lebih dalam raut wajah dari pria ini. Ia pun lantas tersenyum setelah lebih dulu diberi senyum oleh Kenta.
"Benarkah seperti itu, tapi kata mereka hanya dua orang yang menjadi kakak ku. Apa mereka berbohong?," tanya Angkasa dengan raut polosnya.
"Emm, tidak. Karena kamu itu persis seperti mendiang adik saya, jadi kamu kakak anggap adik. Bukan karena kamu adalah adik kakak, tapi karena kamu adalah Angkasa."
Penjelasan itu begitu membuat Angkasa merasa senang, karena siapa juga yang mau diterima karena menjadi orang lain. Setelah pekerjaan Kenta selesai ia menyuntikkan cairan kedalam infus Angkasa dan itu membuatnya mengantuk. Dengan telaten ia membaringkan tubuh lelah itu untuk beristirahat.
"Yuk keluar, Angkasa harus banyak istirahat. Mungkin seminggu lagi sudah boleh pulang, jadi kita keluar dan kakak akan mentraktir kalian makan," ajak Kenta pada semua.
Setelah mengangguk setuju semuanya pun pergi meninggalkan ruangan dengan Angkasa yang sudah terlelap. Siang ini menjadi siang yang banyak memiliki rintangan bagi mereka, namun semua itu tetap mereka syukuri karena tuhan masih berbaik hati untuk mengembalikan Angkasa baru pada mereka. Ya, Angkasa yang baru dan skenario baru tentunya.
●
●
●
"Tidak apa kan bila kita tinggalkan anak anak? Kenapa pula aku harus ikut bila hanya untuk datang ke kantor mu?."
"Ayolah, lagian anak anak sudah bersama Kenta. Dia bilang tidak terlalu sibuk hari ini, kita hanya akan ke kantor sebentar, katanya ada yang ingin menjalin kerjasama dan itu hanya satu untuk hari ini. Aku tak enak bila harus menundanya, lagi pula setelah ini kita akan beli sesuatu untuk Angkasa. Jadi berhenti menggerutu."
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...