•••
If I Could Why Not ?
•••Jangan tanyakan siapa dirimu, saat ego dan benci mengambil alih.
Ku pastikan kau takkan menemukannya dimanapun, karena saat itu terjadi
dirimu memilih hilang
dari pada hadir
dan harus berdampingan dengan
suatu yang hadir
bukan untuk pulang.•
•
•
"Samudra?."
"Apa sih lo?."
"Melamun aja terus, mikirin apa sih?," tanya Gian yang sudah duduk di sebelahnya.
Siang hari ini mereka memiliki kelas di kampus, tepatnya mereka berada di kelas dengan suasana riuh. Kelas free, harusnya mereka yang ada di sana boleh pulang tapi dosen memberikan tugas. Hasilnya mereka terkurung di sini sampai pelajaran selesai.
Itu sangat menyebalkan, begitu pula bagi Gian dan Samudra. Ditambah Gian melihat Samudra hanya diam sedari tadi, bisa saja ia juga diam untuk bernafas.
"Siapa yang ngelamun? Lo kali, gue gak tuh," elak Samudra.
"Gak usah ngelak, ketara banget bohong nya. Jelas jelas dari tadi lo diam kayak banyak pikiran gitu, eh ini malah nuduh gue yang dari tadi happy happy aja."
"Ya emang gue lagi gak ngelamu Gi, lo kenapa kepo banget sih?," tanya Samudra jengah. Bila tadi saja Gian hampir menampar wajahnya dengan buku karena tertangkap melamun, mungkin ia sudah ditertawai karena memberi tahu alasannya. Bukan tidak mungkin kan?.
"Gue sahabat lo ya, bukan pajangan atau cindra mata. Lo kalau ada masalah cerita napa, gue jadi gak enak. Merasa bahagia di atas penderitaan orang tahu, kan gue orangnya peduli. Gak kayak lo, yang baru denger curhatan gue dikit udah tidur," jelas Gian sembari membereskan bukunya, sebentar lagi pelajaran selesai.
Sekejap hanya hening yang datang, tapi tak lama saat suara emas Gian mulai memenuhi ruangan. Aku lupa cerita, Gian ini pandai bernyanyi. Disaat seperti ini atau tepatnya saat ia dalam mode gabut, melodi indah selalu terdengar setelahnya.
🎵Malam ini hujan turun lagi, bersama kenangan yang mungkin luka di hati. Luka yang harusnya dapat terobati, yang ku harap tiada pernah terjadi.🎵
Lagu yang Gian nyanyikan mengingatkan Samudra pada malam tadi, ia merasa bersalah. Karena saat ia sampai ke kamarnya, ia melihat seseorang berlari keluar mansion. Samudra langsung tahu itu Angkasa, dan perginya ia membuat Samudra tahu bahwa anak itu mendengar semuanya.
"Gi?."
"Ya," jawab Gian yang sudah asik dengan ponselnya. Masih bisa melihat Samudra yang berhenti sejenak dari acara membereskan, dan menatap kearahnya.
"Menurut lo, lebih baik luka fisik apa luka hati. Maksud gue, lebih baik mukul apa lontarin kata pedas buat bikin luka," tanya Samudra spontan.
"Hah?."
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Could Why Not?/END [YoonTaeKook/All BTS]
Teen Fiction"Tapi kenapa? Kupikir kita sahabat?," "Kenapa ya? Karena kalian. Kalian penyebab semuanya terjadi, ..." *** "Ini pasti salah, dia gak akan mungkin ngelakuin semua itu. Dia sahabat gue, dia gak mungkin berkhianat." *** "Iya lo benar, gue anak mereka...