28. JAM TANGAN DAN SENTUHAN

1.3K 122 43
                                    

Ready to go in dunia Regan?
-
-

"Dimana Bos lo?!"

Regan mencengkram kasar kerah baju Gery. Sangat tiba-tiba hingga Gery belum sempat mempersiapkan diri.

Di sinilah Regan berada, di markas kecil Barga. Bengkel motor yang penuh dengan oli dan alat service lainnya.

"Eiittss, santai, Gan. Ngopi dulu, buru-buru amat lo," ujar Gery ciut. Sebenarnya ia takut pada Regan. Walau bagaimana pun ia tidak pernah bisa menang melawan Regan.

"GUE TANYA! DIMANA BARGA!" Regan semakin menarik kerah Gery hingga kaki cowok itu melayang sedikit.

"BEGO! NYARI GUE AJA GAK BECUS!" teriak Barga dari balik pintu bengkel. Musuh besar Regan itu tersenyum meremehkan. "Lo mau bales dendam kan? Sini!"

Mata Regan memerah, pembulu darahnya telah mendidih saat ini, urat-urat di rahang kekarnya muncul bersama emosinya.

"Urus Gery!" Regan melempar Gery ke arah Arvin, kemudian berjalan untuk menghantam Barga.

"Masalah lo sama gue! Kenapa Syra yang lo incer!" bentak Regan. Tangan kanannya menghantam perut Barga, tepat pada bagian lambungnya.

"Maksud lo apa! Anjing!" Tak mau kalah, Barga balas menendang wajah Regan.

"Gausah pura-pura bego! Gue tau rencana busuk lo!"

Itulah alasan Regan kemari. Kecurigaannya jatuh pada Barga, karena lampu panggung jatuh setelah serangan dari Gery, dan Regan faham itu adalah pancingan agar Regan jauh dengan Syra. Hingga Barga bisa melakukan aksinya dengan mulus.

"Gue gak pernah main belakang! Apalagi nyelakain Syra! Dan lo tau kenapa?" Barga membiarkan saja tubuh lemasnya dihajar oleh Regan.
"Karena gue masih cinta sama cewek lo!"

"Aarrgghhh!" Seakan mendengar babi berbicara, pukulan Regan semakin menjadi-jadi.

"Lo gak guna jadi pacar Syra!" Barga terus memancing emosi Regan walau ia sudah tak berdaya lagi.

"Bacot, Keparat!" Nafas Regan naik-turun memangsa musuh di depannya ini. Tangan dan kakinya bergerak liar mencincang tubuh Barga.

"Gan, stop!" teriak Arvin setelah menyelesaikan tugas membekuk Gery. Sekuat tenaga Arvin menahan tubuh brutal Regan agar berhenti menyerang Barga yang telah terkapar lemah.

"Udah," tegas Arvin. Sangat terasa tubuh Regan gemetar lengkap dengan deruan nafas beratnya. "Kita belum cukup bukti buat ngabisin Barga."

"Kita balik ke rumah sakit," ajak Arvin, "tunggu info dari Defri sama Daffa," katanya.

Hari ini Gannesa terpecah menjadi 3 dengan tugas masing-masing. Regan dan Arvin mengintrogasi Barga, Defri dan Daffa mencari petunjuk ke studio untuk mengecek CCTV. Sedangkan Tedi, Gilang dan Adit menjaga Hana di rumah sakit.

"Kalo terbukti elo otak dari semuanya! Gue pastiin jantung lo berhenti berfungsi!" Regan menendang tubuh ambruk Barga, kemudian melangkah pergi.

●●●

Dua kelopak mata hitam mendelik lincah di dalam sarangnya. Tedi tak bisa diam. Menahan lambungnya agar tidak menangis. Seharian ini belum makan membuat perut Tedi berdemo di dalam.

Rumah sakit ini cukup sepi, bisa dibilang sedikit horor. Tapi masih kalah horor dengan tingkah Tedi saat ini. Cowok itu menempelkan tangan, kaki dan tubuhnya ke dinding. Sebut saja nemplok seperti cicak.

"Aing lapar!" Tedi mulai menjilati tembok di depannya. Menghasilkan tatapan geli dari orang-orang yang melihatnya.

"Ngapain lo, Ted?" tanya Arvin ketika ia dan Regan telah sampai di rumah sakit.

REGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang