"Organisasi itu wadah, organisasi itu rumah. Tapi tidak akan ada organisasi jika harus dibayar dengan DARAH!"
_GANESHA 29820_
●●●
"Bos, lo yakin mau perang sendirian?"
"Ini terlalu beresiko, Gan."
"Mereka banyak, udah pasti main kotor juga."
Anak-anak Ganesha terus berusaha menghentikan Regan, berharap sang ketua bersedia merubah niatnya untuk berperang seorang diri.
Tapi nihil, Regan justru mempercepat langkahnya tanpa mau menghiraukan teman-temannya.
"Come on, Gan. Lo gabisa mikir pendek kaya gini!" ucap Adit sambil terus menyusul langkah lebar Regan di depannya.
"Lo bisa mati gratis, Bos! Dan gue belum siap tahlilan di rumah lo," tambah Tedi.
"Diem dulu, bego!" Gilang menonjok perut Tedi pelan, kemudian berjalan mendekati Regan. "Buat apa ada Ganesha, kalau lo mau perang pribadi, Bos!" lanjutnya.
"Gue gak akan bawa-bawa Ganesha, dan hari ini gue bukan ketua Ganesha," sahut Regan tanpa menoleh. Ia tetap berjalan, langkahnya panjang, mata elangnya menatap tajam segerombolan pria berbaju hitam yang sedang menunggunya.
"Jangan ada yang nekat ke area perang. Kalo nggak, bukan cuma gue yang mati. Tapi Ganesha juga," peringat Regan membuat Adit, Daffa, Tedi dan Gilang terpaksa berhenti.
"Dia gak main-main," ucap Daffa serius. Tangannya bergerak menunjuk lengan kanan Regan dari jauh. "Perang tanpa bawa Ganesha." Kini tidak ada lagi bandana hitam di lengan ketua Ganesha itu.
Regan menghentikan langkahnya tepat di hadapan Barga.
"Lo bener-bener dateng sendiri ternyata," ucap Barga meremehkan. Cowok itu menepuk kasar bahu Regan.
"Selamat bertarung, Regan. Semangat! Semangat nerima kekalahan," picik Barga kemudian tertawa diikuti oleh semua anak buahnya.
Regan melirik tangan Barga di bahunya, ia menyingkirkan sentuhan kotor Barga dengan emosi.
"Ancaman lo gak guna buat gue," sentak Regan. Kemudian langsung membuka jaket nya, menyisir rambut yang agak berantakan dengan jarinya sendiri.
Barga tersenyum picik, ia langsung mengangkat tangannya, memberi kode kepada anak buahnya. "Serang!"
Seketika suasana ricuh, tiga anak buah Barga langsung menyerang Regan. Barga nenyeringai jahat, otaknya menangkap ide untuk kemenangannya.
Barga langsung berbisik kepada empat orang di belakangnya. Tak lama kemudian, empat pria itu keluar dari gudang.
"Soal curang, gue rajanya, Regan!" Barga tersenyum penuh kemenangan.
Sementara dari kejauhan, anak Ganesha yang lain sangat geram ingin segera menyerang Barga.
"Tuh anak kenapa sih!" ucap Gilang. Ia mengusap wajahnya frustasi.
"Aaarghhhh!" erang Adit menendang pohon besar di sampingnya.
"Sekarang kita harus apa?" tanya Tedi kebingungan.
Daffa menatap lurus ke arah gudang, tempat berlangsungnya perang, lebih tepatnya aksi si pengecut Barga Gantara.
"Ikutin alur permainan Regan!" kata Daffa. Pasalnya Daffa sangat mengenal ketuanya. Ia percaya, Regan tidak pernah berfikir pendek apalagi lengah. Jika ini terjadi, maka sudah dipastikan bahwa Regan sedang melakukan sebuah permainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAN'S
Ficção Adolescente-FOLLOW SEBELUM BACA :* Ketika cinta berujung malapetaka. Tentang Regan Xavier Granaga. Sang ketua perkumpulan penghancur kejahatan. Berpegang teguh pada semboyan "Brantas sampai tuntas". GANNESA! dan tentang Syra Panditha. Gadis yang membeci dunia...