41. PENYESALAN

856 47 14
                                    


Haii, Alhamdulillah kita bisa ketemu lagi sama Regan dan dunianya ya.
Gimana lebarannya? Seru kan pasti.
Aku minta maaf selama jadi Author Regan's suka bikin kalian kesel karena kelamaan updatenya. Tapi aku harap, kalian masih tetep suka sama ceritanya yaa!

Happy reading kesayangan Makcii

***


"Syra Pandhita!"

"Regan?"

Kepala Syra terangkat dari meja, matanya terbuka kalut. Mata yang tadi sangat berat mendadak menjadi segar kembali akibat suara Pak Juned, guru ekonomi di sekolahnya.

"Regan, Regan. Semalem ngapain kamu sama Regan sampe tidur di jam pelajaran gini?!" Suara Pak Juned semakin tinggi.

"Maaf, Pak." Syra menggosok kedua matanya, mencoba untuk mengumpulkan nyawa yang masih melayang.
Seketika ia teringat satu hal, buru-buru Syra mengambil ponsel dari sakunya. Pandangan Syra kembali lesu, napasnya berderu pelan ketika melihat tidak ada satu pun pesan dari Regan.

"Lo tidur dua jam lebih, Ra," bisik Nanda pada Syra. "

Tanpa meladeni Nanda, Syra mengangkat satu tangannya. "Pak, ijin ke kamar mandi, ya," ucap Syra.

Pak Juned yang sudah terlanjur malas mengajar pun mengangguki.

"Yaudah, jangan lupa cuci muka," seloroh Pak Juned.

Syra langsung keluar kelas atas ijin dari Pak Juned, bukan ke kamar mandi, melainkan ke kelas Regan. Ia teringat ucapan Defri kemarin, bahwa Syra sudah kelewatan pada Regan, terutama satu kalimat dari Defri yang membuat Syra semakin merasa bersalah.

"Kenyataannya Regan diserang sama Gery demi ngelindungin lo, Ra."

Kalimat itu terus berputar di kepala Syra, walaupun ia tidak merasa terlibat dalam serangan tadi malam. Begitu banyak masalah yang semakin menumpuk di otak Syra.

Kini, langkah Syra berhenti tepat di depan pintu kelas Regan. Situasi di dalam begitu ramai karena memang guru mata pelajaran mereka tidak masuk. Terlihat anak-anak gannesa tengah berkumpul di meja Arvin, namun orang yang Syra cari tidak ada di sana. Dengan tergesa Syra menghampiri mereka.

"Regan mana?" tanya Syra tanpa basa-basi.

Daffa, Adit, Tedi, Gilang, dan Defri langsung menghentikan cadaannya. Arvin yang memang telah menyadari keberadaan Syra memilih untuk diam, menunggu apa tujuan gadis itu.

Pandangan Syra berhadapan langsung dengan mata Adit. Mata itu merespon tak suka kedatangan Syra. Adit yang tadinya sedang duduk di atas meja pun turun dan mendekati Syra.

"Masih peduli lo sama Regan?" ucap Adit, nadanya sedikit menyindir.

"Dit, gue perlu ngomong sama Regan, sekarang!" Syra sadar bahwa Adit tidak menyukai sifatnya, tapi saat ini ia tidak memperdulikan hal itu.

"Ayang lo sakit tuh." Tedi ikut menjawab sekaligus memberitahu.

"Sakit?" tanya Syra memastikan.

"Ya iyalah sakit, badan sampe mukanya babak belur, kakinya pincang, bekas jaitan di dadanya sobek," jelas Daffa Gilang menggambarkan keadaan Regan.

"Udah gitu hatinya dipatahin lagi sama pacarnya, gimana gak K.O," tambah Gilang.

"Double kill," serobot Tedi.

Perasaan Syra semakin tidak tenang, bahkan ia buta oleh emosi pada saat kondisi Regan sehancur itu dan Syra baru menyadarinya.

"Masih mau nyalahin Regan?" Adit benar-benar geram pada Syra, cowok itu menepuk kedua pipi Syra. "Bangun, Ra, bangun!"

REGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang