37. PECUNDANG YANG LEMAH

853 63 10
                                    

"Untuk sebuah tragedi yang masih menjadi teka-teki"

[15222]

_____________________________________________

"NANDA!"

"RUKIYAH GUE CEPETAN, NDA!

"NANDA! KEWARASAN GUE KRITIS!"

"TOLONGIN GUE, NDA!"

Nanda memutar bola matanya malas saat mendengar suara perusuh dari luar kelas, ia menyiapkan garpu, menyodorkan ke arah pintu kelas.

"NAN..."

Ketika masuk kelas, nyali Vinkan langsung ciut. Bola matanya menatap miris garpu yang seakan ingin membunuhnya.

"Ayo coba teriak lagi." Nanda memutar garpu itu di depan wajah Vinkan. Membuat cewek itu melotot dan menganga lebar.

"Bi-bisa buat makan aja nggak garpunya?" ujar Vinkan kalut.

"Iya, kalau lo masih berisik gue bakal tusuk dan makan bibir lo!"

"ASTAGHFIRULLAH. NYEBUT, NDA, NYEBUT!" Vinkan langsung merebut garpu horor itu dari Nanda. Cewek sangar itu benar-benar neraka untuk Vinkan.

"Sini, gue kasih tau ya cantik. Pertama, Kuping gue masih lengkap dengan segala fungsinya. Kedua, ini sekolah tempat belajar, bukan diskotik, dan ketiga, lo punya dua kaki buat jalan ke gue tanpa harus teriak-teriak dari alam lain!" omel Nanda.

"Ya maaf, Nda. Vita suara gue emang suka bocor kalo lagi panik," jawab Vinkan.

Nanda membuang nafas kasar, sejujurnya ia lelah selalu marah-marah, tapi jika sehari saja tidak marah Nanda lebih capek.

"Kenapa? Lo bawa gosip tentang siapa hari ini?" kata Nanda menebak hal yang rutin Vinkan lakukan.

"Gue," jawab Vinkan, lalu duduk di samping Nanda.

"Stress emang, ngegosipin diri sendiri."

"Masalah hati gue, Nda," Vinkan memelas memegangi dadanya.

Nanda memandang Vinkan dengan sangat iba.
"Turut berduka cita ya, Vi. Semoga hati lo cepet sembuh."

"Kampret banget anak papih Ari! Gue mau curhat serius nih Ananda!"

Nanda tertawa geli, mempunyai teman absurd memang menjengkelkan dan mengasyikkan.

"Yaudah apa? Hati lo kenapa emang?" tanya Nanda.

Vinkan mulai mengatur nafasnya, ia mengambil shanwice milik Nanda kemudian memakannya.

"Gue ngerasa ga sehat, Nda. Masa tadi di kantin gue melting sama si Tatang. Udah gitu jantung sama paru-paru gue kompak mogok kerja, dan yang lebih parahnya lagi mata gue tiba-tiba bilang Tatang ganteng," cerocos Vinkan panjang lebar dengan mulut yang masih mengunyah.

Nanda berfikir sebentar, mencoba menyimpulkan semua gejala Vinkan. Setelahnya ia melirik curiga ke arah Vinkan.

"Lo baper sama Tedi, Vi?"

Plakk

"Shit! Sakit, Nyet!" erang Nanda setelah bibirnya ditampar keras oleh Vinkan.

"Lagian kurang ajar banget mulut lo! Gue gak mau baper sama si item, gak sudi dan gak masuk list impian gue, jadi big no banget gue baper sama dia!”

Nanda mengganjal dagunya di atas meja, tersenyum meledek Vinkan. Ucapan dan ekspresi cewek itu sangat bertolak belakang, terbukti dengan wajah merah padam serta gelagat cemas keluar dari reaksi badannya.

REGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang