Pencet bintangnya dulu yuk
Ready to go in dunia Regan?
-
-Pukul tengah malam, mata Hana masih terjaga. Ruang rawat VVIP yang dipesan Regan begitu luas, lebih luas dari kamar Hana di rumah. Peralatan medis di sini juga lengkap. Hana memperhatikan sekitar, ia terkekeh geli melihat cowok-cowok terpopuler di SMA Airlangga tidur dengan posisi yang aneh.
Regan dengan posisi kaki di atas sofa, kepala di lantai. Tedi bersama jurus kayang ngoroknya. Adit tidur di belakang pantat Gilang. Defri dengan kepala tertindih kaki sebesar tiang monas milik Gilang. Dan epala Daffa terjepit di ketiak Regan. Hanya Arvin yang paling normal. Terlelap di sofa dengan posisi duduk, dan kedua tangannya ia silangkan di dadanya.
Beberapa saat kemudian Gilang terlihat tidak nyaman, ia menggeliat, dan...
Peessshh
Keluar gas tak terlihat dari pantat Gilang. Bunyinya tidak nyaring, tapi baunya mampu merontokan bulu hidung korban yang menciumnya. Dan silanya kenthoet Gilang dihirup habis oleh Adit.
"Bolang, goblok! Kentut lo baunya gatau diri banget!" Adit bangun. Mengusap kasar hidung malangnya.
"Sorry, Dit. Cuaca dingin begini pantat gue emang rada sensitif," jawab Gilang kemudian lanjut tidur.
Tawa Hana semakin kencang, jika Hana di posisi Adit, mungkin saat itu juga ia sudah pingsan. Mengingat baunya melebihi kaus kaki busuk sebulan gak dicuci.
"Kenapa belum tidur?" tanya Adit menangkap Hana yang masih setia tertawa.
"Belum ngantuk, Kak."
Adit mendekati Hana, duduk di bangku samping brankar Hana. Mata gadis polos itu tak lepas dari pergerakan Adit.
"Kak Adit masih inget Hana?" tanya Hana tiba-tiba.
Adit memandang wajah gadis di depannya lekat. "Inget," jawabnya.
Tentu Adit mengenal Hana, tidak mungkin ia melupakan gadis yang berani menawarkan diri untuk menjadi pacarnya sebanyak 4 kali. Dan 4 kali itu juga Adit menolaknya.
"Kenapa? Mau nembak gue lagi?"
"Kalau mau, emang Kak Adit bakal terima Hana?"
"Lo masih suka sama gue?"
"Kalau masih, Kak Adit suka balik nggak sama Hana?"
Adit menghela nafas gusar. "Han, lo cewek baik-baik. Gak pantes sama cowok brengsek kaya gue."
"Bagi Hana, Kak Adit bukan cowok brengsek."
"Gue suka mainin cewek, Han."
"Kalau gitu mainin Hana juga."
"Gue gak bisa, Han."
"Yaudah, untuk saat ini Kak Adit boleh berkelana cari cewek yang Kakak suka. Nanti kalau udah cape, pulang aja ke Hana." Senyum Hana merekah lebar.
Adit terdiam, tatapan cewek itu sangat tulus. Memang bodoh ia tidak bisa menyukai Hana. Sebenarnya Adit pun tidak mengerti mengapa Hana begitu mengharapkannya. Tapi tetap saja Adit tidak bisa, Hana terlalu baik untuk ia sakiti.
"Tidur, Han. Gak baik begadang," suruh Adit lalu berdiri. Tak ingin lama-lama di dekat Hana. Ia takut Hana semakin berharap lebih padanya.
"Kak Adit," panggil Hana membuat Adit menoleh.
"Hana enggak maksa Kakak balas perasaan Hana." Bibir Hana terangkat kecil. "Tapi izinin Hana buat selalu suka sama Kakak. Boleh ya?" pinta Hana sangat berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAN'S
Teen Fiction-FOLLOW SEBELUM BACA :* Ketika cinta berujung malapetaka. Tentang Regan Xavier Granaga. Sang ketua perkumpulan penghancur kejahatan. Berpegang teguh pada semboyan "Brantas sampai tuntas". GANNESA! dan tentang Syra Panditha. Gadis yang membeci dunia...