23. ANCAMAN ALAM MIMPI

1.3K 123 88
                                    

Syra membeku seketika, melihat kelincinya diselimuti oleh darah, kepala mungil kelinci itu hancur. Seakan sakitnya sampai ke dada Syra. Ia menjambak rambutnya bahkan ia tidak bisa mengatur nafasnya sendiri.

"REGAN!"

"Ra! Syra bangun, Ra!" Telinga Syra mendengar Nanda berteriak. Namun suara itu terdengar sangat jauh.

"Syra bangun! Lo kesambet dimana astaga!" Dan kini suara cempreng Vinkan. Syra makin berkeringat, ia mulai merasa bahwa dirinya telah tiada. Ia ketakutan dan tak ada siapapun di sini.

"REGAN! PACAR LO KESURUPAN!"

Mata Syra terbuka lebar, nafasnya memburu melihat sekitar, tidak ada kelinci, tidak ada darah dan Syra tidak sendiri. Ia sedang berada di atas  kasur empuk dengan selimut lembut membungkusnya. Sudah bisa ditebak, Syra hanya mimpi.

"Syukurlah setannya kabur denger bacot lo, Vinkan." ucap Nanda lega. Lalu mengambil segelas air dan memberikannya pada Syra. "Minum dulu, Ra."

Otak Syra masih kacau, kejadian di alam mimpi itu terasa sangat nyata. Seperti ada pertanda buruk akan menerjang kehidupannya.

"Kelinci." Syra turun dari kasur dan lari tiba-tiba.

"RA!" teriak Nanda.

"Kenapa woy?"

"Ada apa, Nda?"

"Tawuran malem-malem, tawuran sama setan lo pada!"

Heboh anak-anak Gannesa yang tadi sedang berkumpul di depan rumah pohon, mereka sengaja tidak tidur, sekedar berpatroli untuk menjaga cewek-cewek. Kini mereka datang berbondong-bondong ke dalam rumah.

"Syra mana?" tanya Regan. Ia cemas karena tadi Vinkan berteriak sangat kencang.

Jari telunjuk Vinkan terangkat, terarah ke dapur, arah larinya Syra tadi.

"Dia lagi selingkuh sama kelincinya!" jawab Vinkan ngaco.

Regan dan Defri langsung lari bersamaan dan disusul oleh yang lain, langkahnya terhenti ketika melihat Syra berdiri di depan rumah kelincinya.

"Ra, kenapa?" tanya Defri panik.

Syra melirik Defri sekejap, kemudian tubuhnya maju, mendekap Defri dengan tubuh gemetar.

"Gue takut, Def."

"Jangan takut, gue di sini."

Regan diam, berusaha mengatur nafasnya, ia masih belum terbiasa dengan adegan di depan matanya ini. Gadisnya memeluk pria lain, wanita yang ia perjuangkan melepas tangis dibahu pria lain. Rasanya sangat perih, tapi Regan harus bisa menerima kenyataan, bahwa Defri adalah sahabat kecil Syra. Dan ia tak akan merusaknya.

"Regan, lo mau dipeluk juga nggak?" tanya Vinkan, entah apa motifnya. "Gue rela ko gantiin Syra buat meluk lo. Yuk sekarang yuk pelukan," lanjut Vinkan. Sontak seluruh mata melirik tajam cewek kurang belaian itu.

"Nih peluk ketek gue nih! Sekalian jasa cabut bulunya!" celetuk Tedi sehingga mengundang tawa dari teman-temannya.

"So sweet banget pake acara cabut-cabutan bulu ketek," kata Gilang di tengah bahakannya.

"Udah sosor, Kan! Ketek Tedi semerbak, kaya soto babat basi kemarin!" timpal Daffa.

Sedangkan Adit sudah terbahak hingga guling-guling di lantai, membuat semua orang jengah.

"Drama banget lo, Dit!" kesal Nanda.

"Tau! Receh banget!" sahut Vinkan tak kalah kesal.

"Biasa, ayannya kambuh," ucap Regan, berusaha ikut tertawa, sangat berbanding terbalik dengan hatinya.

REGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang