44. FAKTA

721 50 40
                                    

Hai hai guys! Sebelum baca aku mau kasih INFO PENTING!

Tau ARVIN SAMA NANDA KAN? Cerita mereka bakal aku buat versi AU😍 kalau udah update aku info di sini yaaaa.

Selamat membaca ♥️

***

Segerombolan orang di tengah pemakaman dengan baju serba hitam menambah rasa duka, mengantar kedua orang tua Syra ke tempat peristirahatan terakhir mereka.

Tak terlalu jauh dari tempat pemakaman, Regan berdiri di bawah pohon bersama teman-temannya, setia memandangi Syra tanpa berniat mengganggu cewek itu. Regan tetap akan menjaga dan melindungi Syra, tetapi kali ini dari jauh.

"Kaga tega gue liat Syra, kasihan. Rasanya pengen gue peluk aja," celetuk Tedi berniat meledek Regan, dan langsung mendapat geplakan dari Regan.

"Lah, kok marah. Emang lu sape, Bang?" ujar Tedi lagi kemudian dibalas tawa oleh teman-temannya.

"Gak boleh gitu lo, Tang. Gue tau rasanya diputusin tuh pasti jleb," sahut Gilang sambil memukul dada Regan seperti adegan tertusuk.

"Yu brik may hart brik may hop." Tangan Tedi mengepal di depan mulutnya, memperagakan orang bernyanyi.

Alhasil Daffa, Gilang, dan Adit terbahak karenanya.

"Nanti naik ke media. Regan Xavier Granaga, ketua Gannesa, diputusin cewek dipinggir jalan. Gue yang malu, Bos. Mau dibuang kemana muka imut Tedi ini." Tedi menutup wajahnya.

"Oh ini muka?" Regan mendorong wajah Tedi hingga pemiliknya terhuyung ke belakang. "Buang aja ke habitatnya," lanjut Regan, matanya tak lepas memandangi Syra.

"Kemane?" tanya Tedi.

"Tempat sampah," jawab Regan.

Sontak perkataan Regan disambut gelak tawa, terutama Gilang, cowok itu terbahak paling kencang, seakan-akan Regan mewakili dirinya untuk ngejek Tedi.

"Gilang anjir! Ketawa lo gak sopan banget, kampret. Ini di kuburan, lo gak malu sama teteh kunti?" tutur Tedi ngaco.

Dengan sekejap Gilang menghentikan tawanya.

"Maaf, Kun. Kelepasan," sahut Gilang lebih ngaco.

"Kan, Kun, Kan, Kun. Berasa bestie lo?" sambar Tedi.

"Oh iya lupa, dia kan pacar lo," ucap Gilang.

"Si monyet!" kata Tedi tak terima.

Regan geleng-geleng kepala mendengar drama Tedi dan Gilang yang tidak ada habisnya. Kemudian, cowok itu menyandarkan tubuhnya ke batang pohon angsana, kedua tangannya ia lipat di depan dada, arah pandangnya tak berubah, hanya tertuju pada Syra.

Terlihat Syra tak berhenti menangis, gadis itu menciumi batu nisan kedua orang tuanya bergantian, sesekali Syra juga memeluk gundukan tanah yang di bawahnya terbaring tubuh kaku Mama dan Papanya tersayang. Sungguh menyakitkan.

Namun Regan sedikit lega, karena Nanda, Vinkan dan Defri tidak meninggalkan Syra selangkah pun, mereka selalu berada di samping Syra, di setiap pergerakannya. Setidaknya, tanpa keberadaan Regan, Syra tak sendiri.

"Kalau kedatangan lo gak dianggap, kenapa lo masih disini, Gan?" tanya Adit. Ia sangat gemas karena Regan  masih saja memedulikan Syra, padahal gadis itu jelas-jelas tak pernah menghargai perjuangannya.

Kepala Regan ia sandarkan ke batang pohon di belakangnya. Maniknya meneliti setiap detik gerakan gadis yang sampai saat ini pun masih menguasai hatinya.

"Liat perempuan cantik itu," ucap Regan, dagunya mengisyaratkan Adit untuk mengikuti arah pandangnya.

Dengan refleks Adit menoleh, mengedarkan pandangannya pada Syra di tengah gerombolan orang yang sedang berduka itu. Ada sedikit rasa iba di diri Adit ketika mengetahui kondisi Syra, gadis itu terlihat sangat miris.

REGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang