"Masalah akan menjadi berkah ketika kamu mampu menghadapinya."
___________
"Lo nolak gue, Ra?" tanya Regan. Sebenarnya penolakan atau persetujuam tidak terlalu berpengaruh bagi Regan. Apapun itu ia akan tetap mencintai miliknya.
"Kata siapa?" tanya Syra balik, satu alis gadis itu terangkat.
"Tadi lo bilang nolak kan?"
"Iya."
Regan semakin dibuat tidak mengerti dengan jawaban Syra yang terlalu berbelit.
"Heh, Ra. Ngomong yang jelas jangan muter-muter. Atau pulang gue gorok!" geram Rendra di balik telpon tak kalah bingungnya.
"Iya gue nolak, tapi bukan nolak lo," jawab Syra, "gue nolak pendapat abang gue yang konyol itu," lanjut Syra seraya tersenyum hangat.
Seperti anak kecil bermain seluncuran, hati Regan sangat lega. Sebentar lagi Syranya akan benar-benar berada dalam dekapan jiwanya.
"Woy! Jadi gimana?" kata Rendra sangat tidak sabar.
Tangan Syra merampas ponsel Regan, dan langsung mematikan sambungan telponnya dengan Rendra.
"Kenapa dimatiin?" tanya Regan.
"Ganggu," jawab Syra.
Regan menganggukan kepalanya.
"Jadi?""Menurut lo gimana?" ucap Syra menaik turunkan alisnya meledek.
"Oke kita pacaran!" jawab Regan to the point.
Tangan Syra terulur ke depan.
"Deal!" sahut Syra bersemangat.Regan mengambil tangan Syra sambil tersenyum kecil. "Deal," jawabnya.
Mata keduanya saling menusuk, sungguh Syra tidak pernah bermimpi akan menjadi kekasih cucu pemilik Airlangga, sekaligus ketua Gannesa. Tapi inilah bukti bahwa cinta akan datang kapan dan dengan siapa tanpa diduga.
Regan menarik tangan Syra agar lebih dekat. Cowok itu merapikan rambut pacarnya dengan lembut, luka-luka itu seakan tak terasa lagi, hanya ada denyutan nadi keduanya yang saling menyempurnakan.
"Denger, Ra. Lo kekuatan, bukan kelemahan gue, dan semua orang harus tahu itu," kata Regan.
Syra mendangak agar bisa melihat mata Regan. Syra tak bisa membaca ekspresi cowok itu. Ada kebahagiaan bercampur kegelisahan yang tampak disana.
"Regan," panggil Syra, "gue pacar lo, abang gue juga brandal kelas kakap. Jadi gak akan ada yang bisa nyelakain gue, kan?" tanya Syra.
Regan terkekeh, ia mengacak gemas puncak kepala Syra. Tangannya mengelus pipi gadisnya itu. Tatapan Regan berubah hangat, kemudian kepala cowok itu mendekat ke wajah Syra, membuat Syra sedikit tegang.
Syra memejamkan matanya, jantungnya berdisko di dalam, denyut nadinya bergerak cepat, entah apa yang akan Regan lakukan, tapi kini ia merasakan hembusan nafas Regan semakin dekat.
"Bulu mata lo jatuh," kata Regan.
Syra dapat merasakan Regan mengambil sesuatu di bawah matanya.
"What! Gue kira lo mau-"
"Emang mau?" tanya Regan sambil tersenyum jahil.
Sungguh, ingin rasanya Syra membuang wajahnya ke tempat sampah saat ini juga. Ia sangat malu, bisa-bisanya mulut laknatnya mengucapkan hal tak berfaedah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAN'S
Teen Fiction-FOLLOW SEBELUM BACA :* Ketika cinta berujung malapetaka. Tentang Regan Xavier Granaga. Sang ketua perkumpulan penghancur kejahatan. Berpegang teguh pada semboyan "Brantas sampai tuntas". GANNESA! dan tentang Syra Panditha. Gadis yang membeci dunia...