Ekheemm. Udah cukup kali ya pemanasannya. Saatnya yang tegang-tegang. Masuk konflik yuk.
Pencet bintangnya dulu ya!
Ready to go in dunia Regan?
-
-Satu minggu telah berlalu, dan hari ini adalah saatnya SMA Airlangga membuktikan eksistensinya sebagai juara bertahan di setiap olimpiade.
Studio perlombaan telah ramai dengan peserta ataupun pendukung sekolah masing-masing. Tapi yang menjadi permasalahannya adalah, Regan belum juga datang. Padahal acara dimulai 10 menit lagi.
"Kenapa kamu gak bareng Regan, Ra?" tanya Pak Santos panik.
"Dia bareng temen-temennya, Pak," jawab Syra. Ia juga ikut panik. Bagaimana bisa Regan melalaikan hari yang sakral ini?
"UNTUK SEMUA PESERTA DIHARAP MENAIKI PANGGUNG STUDIO. KARENA EVENT AKAN DIMULAI 5 MENIT LAGI," seru pembawa acara memberi informasi.
"Gimana nih, Pak," panik Syra.
"ITU GANNESA!" teriak perempuan di belakang Syra.
Suasana berubah riuh ketika tujuh pria datang dengan formasi andalannya. Berbaris horizontal dengan Regan berada di depan.
Dengan santainya pria itu berjalan bersama earphone di telinganya, satu tangannya dimasukan ke saku celana serta mulut yang sibuk mengunyah permen karet."SERIUS REGAN IKUT OLIMPIADE?"
"GILA YA. SELAIN PINTER BERANTEM, PINTER MAIN BASKET, PINTER BELAJAR. MEREKA JUGA PINTER NYURI HATI GUE!"
Syra menghela nafas lega. Ternyata Regan masih mau menjaga kehormatan sekolahnya. Walaupun ia masih sangat malu atas kejadian kemarin pagi. Tapi di sini, sikap profesional sangat dibutuhkan.
"Pagi, Pak. Gimana keadaan ruang BK?" tanya Regan pada Pak Santos.
"Pasti sepi ya, karena nggak ada kita-kita," sahut Tedi disertai tawa kecil dari anak Gannesa lainnya.
"Ini bukan saatnya bercanda. Regan, Syra cepat naik studio!" suruh Pak Santos.
Tanpa banyak bacot Syra dan Regan berjalan menuju meja olimpiade.
"Regan!" panggil Pak Santos.
"Apa lagi, Pak?"
"Buka jaket kamu dan masukan seragam kamu! Jangan bikin malu!"
Regan melirik pakaian yang ia kenakan. "Sorry, Pak. Hilaf!" kata Regan. Kemudian membuka jaket jeans dan memasukan seragamnya hingga terlihat rapi.
Regan menatap Syra di sampingnya. Ciuman Syra masih sangat terasa di pipi Regan. Sangat aneh rasanya gadis ketus seperti Syra bisa berubah agresif pada saat tertekan.
"Gausah ngeliatin, bisa?"
"Nggak."
Syra menggeleng, membiarkan saja apapun yang ingin Regan lakukan. Lagipula pria itu tidak akan bisa dilarang. Walaupun hati Syra sudah dugun-dugun di dalam.
Mode bucin on.
"Gausah nervous kali, Ra," ucap Regan melihat wajah Syra sangat gelisah. "Baru juga duduk di depan juri olimipade. Gimana nanti nemenin gue akad di depan penghulu?" lanjut Regan dan berhasil membuat gadis itu menahan senyum.
"Jangan ditahan kalo mau senyum." Sudut bibir Regan terangkat jahil.
"Atau mau gue cium?"Syra refleks membuka mulutnya, ia melotot ke arah Regan. "Bisa diem dulu gak? Gue malu!" bisik Syra.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAN'S
Teen Fiction-FOLLOW SEBELUM BACA :* Ketika cinta berujung malapetaka. Tentang Regan Xavier Granaga. Sang ketua perkumpulan penghancur kejahatan. Berpegang teguh pada semboyan "Brantas sampai tuntas". GANNESA! dan tentang Syra Panditha. Gadis yang membeci dunia...