Pencet bintangnya dulu yaa
Ready to go in dunia Regan?
-
-Pada saat olimpiade masih berlangsung, Defri terus mengamati anak-anak Gannesa yang tengah bercanda ria. Bukan Gannesa namanya jika tidak ada lelucon. Namun itulah letak kebahagiaan dari mereka, dan menjadi bagian dari Gannesa adalah hal yang luar biasa untuk Defri. Walau ia belum terbiasa dengan berkelahi, geng musuh, atau apa saja tentang Gannesa. Tapi Defri tetap bersyukur bisa berdiri di tengah orang-orang tinggi solidaritas.
"Uhuuyy, badai banget pinggulnya woy!" heboh Adit ketika dirinya, Gilang, Tedi dan Daffa melihat sesuatu di ponsel milik Gilang.
"Gingsulnya racun bet," sahut Daffa. Membayangkan jika yang ada di video itu adalah wanita dambaannya, Nanda.
"Papaculo cocol tauco! Tweng-tweng," girang Tedi. Cowok itu berdiri, kemudian bergaya swag ala tiktok dan menggoyangkan pinggulnya dua kali. Menirukan gerakan tiktokers viral incaraan kaum adam. Panggil saja namanya mawar.
Suasana yang tadinya tegang, berganti dengan gelakan tawa seluruh pendukung karena ulah konyol Tedi.
"Gobloknya liat-liat tempat dong, Tatang!" omel Daffa, memaksa Tedi untuk duduk kembali.
Malu-maluin ya maklum.
Defri geleng-geleng kepala, tingkah Tedi memang selalu aneh, tapi lebih aneh lagi jika cowok bobrok itu diam. Lebih serem dari emak-emak sakit gigi.
Merasa kantung kemihnya ingin mengeluarkan cairan, Defri berdiri, segera untuk ke kamar kecil.
"Eh, Def. Mau kemana lo?" tanya Tedi.
"WC."
"Kencing?"
Defri ngangguk. "Yoi."
"Nitip dong! Gue males ke WC," ujar Tedi memasang wajah melas. "Ngeri ketemu sama pocong kuning mengambang," lanjutnya.
Mendengar itu sontak membuat Adit menjitak kepala Tedi cukup keras.
"Jangan didengerin, Def. Bego akut dia mah."Tedi tertawa cekikikan, sadar bahwa dirinya sangat gila. Pantes jomblo. Jangankan cewek, dia aja jijik sama diri sendiri.
"Ted," panggil Arvin.
"Apa sayang?" Tedi berhenti tertawa, ia kaget melihat Arvin melotot ke arahnya. Santai aja matanya, bikin gemes. Kalo gue kecup, kelilipan lo.
"Ono opo, Apin?" tanya Tedi lagi.
"Pilih diem," Arvin mengelus tangannya yang telah terkepal kuat.
"Atau gue buat bibir lo kaya Vinkan!" ancam Arvin."Up, up. Gue diem," pasrah Tedi. Ia menggaruk tengkuknya, merasa aneh dengan ucapan Arvin tadi.
Dia ngancem gue, atau ngehina si bibir dah?
●●●
Pemandangan aneh tampak di mata Defri. Studio ini sangat sepi. Berbeda jauh dengan ajang olimpiade yang ramai pada umumnya. Hanya ada sepelintir crew bertugas.
Tanpa mau berfikir buruk, Defri melanjutkan jalannya menuju kamar mandi. Tapi seolah ada yang menuntunnya, kaki cowok itu tergerak ke arah room office lighting.
Dan benar saja, ada kejanggalan di sana. Ruangan penting tempat mengatur lampu panggung itu kosong. Ia hanya melihat sosok misterius berjubah kuning baru saja meninggalkan ruang lighting."Seragam crew kaya gitu?" monolog Defri curiga. Merasa ada yang tidak beres, Defri mendekat ke ruangan itu.
Ada banyak kabel dan tombol pengaturan lampu yang tidak dimengerti oleh Defri. Yang lebih tidak masuk akal adalah sebuah gunting, foto dan satu kabel terputus ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAN'S
Teen Fiction-FOLLOW SEBELUM BACA :* Ketika cinta berujung malapetaka. Tentang Regan Xavier Granaga. Sang ketua perkumpulan penghancur kejahatan. Berpegang teguh pada semboyan "Brantas sampai tuntas". GANNESA! dan tentang Syra Panditha. Gadis yang membeci dunia...