33. RATU KECIL GANNESA

1.2K 113 64
                                    


Langsung cus yuk ah!

●●●

"Gimana rasanya punya pacar?"

Pertanyaan itu berasal dari Nanda, ia duduk di atas meja Syra sambil memperhatikan temannya bergelut dengan pulpen, buku, serta tumpukan buku paket semua pelajaran.

"Pusing," jawab Syra masih sibuk mencatat. Pagi ini, hari pertama ia masuk sekolah setelah menyelesaikan hukuman paling memalukan sepanjang kamus hidupnya, skors. Karena itu ia harus terpaksa lelah menyalin catatan pelajaran yang tertinggal.

"Iya, gue juga pusing."

Mendengar itu, Syra menutup bukunya, menghentikan kegiatan menulisnya lalu memperhatikan Nanda lekat-lekat.

"Lo punya pacar, Nda?"

Nanda menggeleng kecil.

"Lah terus pusing kenapa?"

"Kucing gue mau lahiran, udah dua hari anaknya enggak brojol juga. Apa harus gue caesar aja ya, Ra?"

Dan pertanyaan Nanda berhasil membuat Syra melayangkan pulpennya ke dahi Nanda.

"Gak penting, Nying!"

"Kasar ya mbaknya. Mentang-mentang pacar ketua geng!"

Syra hanya merespon dengan tertawa kecil kemudian lanjut menulis

"Ternyata capek ya suka sama batu. Tiga tahun lamanya, belum ada tanda-tanda bakal netes."

Kali ini Syra tidak menanggapi Nanda, membiarkan saja cewek bar-bar itu mengoceh sendirian.

"Gue sama dia bisa nggak ya jadi couple?"

"Atau langsung aja gue tembak hari ini!"

Lagi dan lagi, Nanda berhasil membuat fokus Syra terbelah. Ia tahu alasan Nanda tidak perduli dengan laki-laki, bahkan Nanda telah menolak ratusan hati pria hanya karena menanti cinta pertamanya sejak masih berseragam putih biru.

Tapi ini adalah Nanda. Jika banyak wanita mengejar cinta pria tanpa malu melakukan apapun, rela menjadi keset untuk menghapus jejak kotor pria yang jelas-jelas tidak menganggap kehadirannya. Itu semua tak berlaku untuk Nanda.

Bukan gengsi, namun ingin membuktikan bahwa hati dan perasaan keturunan ibu pertiwi tidak untuk ditindas.

"Lo nggak lagi ngelawak 'kan, Nda?"

Nanda menggeleng kemudian turun dari meja Syra, pindah ke bangku di samping Syra.

"Lebih macho daripada sekedar kode." Nanda berucap mantap.

"Tapi kalau dia nolak?" tanya Syra.

Bahu Nanda terangkat acuh.
"Ya gak jadi pacaran, apalagi?"

"Malu banget, Nda. Malu banget!" Syra menutup wajahnya dengan buku paket.
Membayangkan apabila kejadian tragis itu menimpa temannya.

"Malu doang, gue nggak akan mati kok tenang," jawab Nanda sangat santai.

"Terus nasib harga diri yang lo agung-agungkan itu gimana?"

"Gue cuma mau nyatain perasaan, Ra. Bukan jadi pembantunya Arvin!"

"Pake cara halus 'kan bisa. Tunggu Arvin peka, gue yakin sebentar lagi."

"Iya, sebentar lagi gue yang masuk rumah sakit jiwa. Gue lelah dijajah sama Arvin, tertekan gue, Ra."

Nanda menunjuk sebuah teks Undang-Undang Dasar 1945 yang tertempel di dinding kelas.

REGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang