17. JADIAN?

1.9K 162 163
                                    


"Belajarlah dari oksigen. Dia tidak tampak di mata, tapi sangat amat berharga. Hal kecil akan menjadi besar, ketika kenyataan bilang bahwa kamu telah kehilangan."

_HC_

Kaki jenjang milik Syra melangkah lebar. Secepat mungkin ia hendak masuk ke dalam gudang. Dimana ia harus menyelamatkan pria yang sedang memperjuangkan hatinya, cintanya dan berharap waktu memberinya kesempatan untuk memilikinya.

"Regan!" teriak Syra ketika berada di depan gudang. Namun Daffa dengan cepat menarik tangan Syra agar tidak masuk ke dalam.

"Jangan masuk, Ra. Bahaya buat lo," ujar Daffa.

Syra menatap Daffa dengan peluh yang membasahi wajahnya serta air mata jatuh deras di pipinya.

"Apa? Kenapa lo larang gue! Kalau Regan bisa nepatin janjinya, gue juga bisa bales pengorbanannya," jawab Syra dengan suara gemetar.

"Jangan nekat, Ra!" peringat Gilang.

"Lepas! Gue mau masuk!" Syra berhasil membebaskan tangannya dari cekalan Daffa. Ia berlari masuk ke dalam gudang.

Pemandangan yang sangat menyesakan dada Syra terlihat di depan matanya.

Regan yang sudah terlentang dengan wajah penuh luka dan darah menghiasi setiap lekuk tubuhnya.

Sekuat tenaga Syra menahan agar tidak terisak. Melihat Regan terluka, melihat Regan kesakitan rasanya seperti ia kehilangan detak jantungnya.

"Barga, stop!" teriak Syra histeris.

Barga yang tengah berpesta memukul Regan terpaksa menghentikan aksinya. Menatap kaget ketika menyadari bahwa Syra ada di depannya.

"Syra, bagus lo dateng. Lebih indah rasanya gue bisa ngabisin Regan di depan mata lo!" Barga tertawa seperti iblis. Kemudian kakinya menginjak keras dada Regan.

"Barga!" Refleks Syra maju selangkah, kemudian Gery maju mendekati Syra.

Sedetik sebelum Gery menggapai tangan Syra. Ke-lima anak Gannesa menarik Syra ke belakang, dan mengelilingi Syra untuk melindunginya.

"Bangsat Gannesa!" umpat Gery.

"Gak guna! Kenapa Syra bisa kesini? Lawan cewek satu aja gak becus!" omel Barga pelan kepada ke-empat anak buahnya yang tengah meringis kesakitan.

"Dia sama Arvin, bos," jawab pria itu.

Bersamaan dengan itu, Arvin baru saja memasuki gudang, menatap Barga dengan senyum tipis di bibirnya. Lalu mengetuk pelipisnya dengan jari. Seakan merendahkan Barga.

"Shit!" geram Barga.

Barga dan Gery kembali menghantam tubuh Regan dengan sadis, menghabisi tubuh yang tidak berdaya.

"Nggak! Plis stop! Regan!" Syra terus berteriak gila di tengah lingkaran Gannesa.

"Kalian!" tunjuk Syra pada anak-anak Gannesa. "Kalian kenapa diem aja, hah! Ketua kalian dibantai kalian gak berbuat apa-apa?"

Tak ada jawaban. Semua anak Gannesa hanya diam dan menundukan kepalanya.

"Kenapa kalian cuma nonton aja!" Syra semakin berteriak sejadi-jadinya.

"Dit," Syra menarik baju seragam Adit pelan. "Serang mereka, Dit! Gue mohon. Bantu ketua lo, Dit. Tolong," kata Syra dengan suara seraknya.

Tangan Adit mengepal kuat, menahan agar tidak lepas kontrol lagi.

Syra bergerak menuju Arvin.
"Vin! Jangan diem aja. Gue tau lo gak akan ngebiarin Regan mati kan? Tolong jawab iya. Gue mohon, Vin!"

Arvin masih tetap tengang, bersikap seolah-olah semua aman terkendali.
Syra memukul dada Arvin sambil terisak hebat.

REGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang