Siap memasuki dunia perhaluan?
Semoga halu kalian makin lancar yaaa~~~Happy reading 🤗
****
Duggg
Duggg
Duggg
Bunyi samsak yang dipukul terdengar sangat gaduh, serupa dengan isi kepala Regan kali ini. Terhitung sudah satu jam Regan bergelut bersama samsak tinju, menumpahkan gemuruh emosi dalam dirinya. Tubuh, wajah, hingga rambutnya basah akibat peluh yang mendominasi, tak jarang air keringat itu menetes seiring ayunan tangan kekar Regan menghantam samsak. Otot-otot di tubuh cowok itu pun tampak lebih keras dari biasanya, menandakan betapa besarnya amarah menguasai Regan.
Duggg
Regan kembali memukul samsak, pukulan yang amat keras, hingga membuat samsak tinju itu robek. Lalu, cowok itu berhenti, memegang samsak dengan kedua tangannya, ia menundukan kepala, mengatur nafas yang kini berhembus lebih cepat.
Dunianya hampir runtuh karena Syranya pergi, kemudian, Regan langsung ditimpa fakta bahwa adiknya merupakan rival terbesarnya. Rasa sakit dan amarah kompak menggerogoti pikiran Regan.
Regan melangkah, menuju papan panah miliknya, mengamati sebuah foto Doni dan istri keduanya, penyebab kehancuran keluarganya. Regan memang membenci Ayah serta perempuan di sampingnya, tapi Regan berani bersumpah bahwa ia tidak pernah memandang hina anak mereka, tak lain adalah adiknya. Regan mengelus foto bayi kecil itu.
Bayi yang sejak dulu ingin Regan temui, tapi ia tak pernah melihat tanda keberadaannya, sampai Regan berpikir adiknya itu sudah tiada. Saat Regan kecil, ia sering membayangkan jika adiknya ada disini, bermain dengannya, sama-sama menjadi dua jagoan untuk menjaga keluarga. Setiap menatap foto adiknya, sebuah kalimat muncul di otak Regan, andaikan adiknya tumbuh bersamanya, mungkin hidup Regan tidak sehampa ini.
Namun, siapa sangka jika bayi itu adalah Barga.
"Mau gue bawain samsak baru, Bos?" tanya Gilang melihat samsak tinju yang robek.
Kesetiaan diperlihatkan oleh anak-anak Gannesa, mereka tak melangkah sedikit pun, terus berada di dekat Regan, mereka menghawatirkan kondisi ketuanya. Tapi, mereka hanya memantau, mempersilahkan emosi Regan terluapkan, sama sekali tidak mengganggu ataupun ikut campur. Mereka mengerti dunia Regan, bagaimana cowok itu berusaha tumbuh menjadi laki-laki sekuat sekarang, hidup yang jauh dari penilaian orang-orang.
"Atau mau gue jahit?" tawar Daffa.
Adit tiba-tiba mendorong tubuh Tedi ke depan Regan, membuat perasaan Tedi tidak enak.
"Tedi siap gantiin samsak buat lo, Gan." Adit mengedipkan satu mata kepada Tedi. "iya kan, Tang?" lanjut Adit berniat menumbalkan Tedi.
"Buabi bener punya temen," umpat Tedi pelan agar tidak terdengar oleh Regan.
Tedi menyeringai lebar, berdiri tegap di hadapan Regan, lalu mengambil nafas sangat panjang.
"Ayo, Bos! Gue rela bonyok demi Paketu!" Tedi menutup matanya rapat-rapat, sudah sangat siap menerima tonjokan maut Regan.
Tangan Regan terangkat, namun bukan untuk menghantam Tedi. Cowok itu malah menggosok-gosok wajah Tedi secara brutal.
"Muka lo cuma segitu, kasihan kalau dibonyokin," ujar Regan sambil tersenyum tipis.
"Maksud lo ape cuma segitu! Hah!" sewot Tedi.
"BUTUT! HAHAHAHA." teriak teman-temannya lalu terbahak.
Regan terkekeh, lalu mengangkat kedua tangannya.
"Gue udah pake bahasa sopan," kata Regan ikut terbahak.Tedi menyentuh dadanya, selalu saja dirinya menjadi objek hiburan teman-temannya yang minim adab.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAN'S
Teen Fiction-FOLLOW SEBELUM BACA :* Ketika cinta berujung malapetaka. Tentang Regan Xavier Granaga. Sang ketua perkumpulan penghancur kejahatan. Berpegang teguh pada semboyan "Brantas sampai tuntas". GANNESA! dan tentang Syra Panditha. Gadis yang membeci dunia...