43. KEHILANGAN

1K 57 32
                                    

Guys, bab ini agak panjang yaaa
Happy reading!

***

"PENGHIANAT!"

Bughhhh

"Gak ada kata lain buat orang yang nelen ludah sendiri selain pecundang!"

Bughhh

"KEPARAT!"

Bughhhh

Pukulan tiada henti menggema di keheningan jalan komplek yang memang menjadi sasaran pertarungan oleh beberapa oknum.

Barga, pria yang beberapa waktu terbaring di rumah sakit, kini justru menjadi sasaran pengeroyokan Gery dan anak buahnya. Dua sejoli yang awalnya bekerjasama dalam upaya kehancuran Regan, dua manusia yang dendamnya sama besar kepada Regan, tapi saat ini mereka saling menatap dengan luapan amarah, saling serang dan saling menyakiti.

"Lo harus berhenti, Ger!" Barga menepis sambaran tangan Gery di depan wajahnya.

"GAK AKAN, ANJING!" Gery memutar tangan Barga, menguncinya di belakang badan Barga hingga patah. Sedangkan Barga hanya bisa merasakan remuk tangannya tanpa mampu bergerak.

"BUKA MATA LO! MUSUH YANG LO BEKUK ITU PASIEN RUMAH SAKIT!"

Baik Gery maupun Barga memalingkan wajah, mencari pusat teriakan. Deruan nafas Gery mengeras kala matanya menangkap enam orang pria serta bandana merah di lengan kanan mereka.

Mereka adalah Gannesa, perisai bagi orang tak berdaya, dan pedang untuk hal kebengisan.

Keenam pria itu berjalan membentuk segitiga, kali ini bukan Regan yang memimpin, melainkan paru-parunya Gannesa. Dia adalah Arvin.

Arvin mengambil alih posisi depan, langkahnya besar, tatapannya tajam menantang Gery, namun senyum kecilnya tidak hilang, menandakan betapa tenangnya ia menghadapi apapun.

"Kalau lo merasa hebat, buktiin ke gue," tandas Arvin. "One by one," tegas Arvin.

Gery naik pitam, ia sungguh merasa direndahkan oleh ucapan Arvin. Saat itu juga Gery menghepas tubuh lemah Barga ke kaki Arvin.

Barga dengan sisa tenaganya berusaha mendongak, memandang Arvin serta anak-anak Gannesa lewat mata penyesalan.

"Vin," lirih Barga.

Arvin melirik Barga sambil mengawasi Gery.

"Jangan sampe Regan kesini," pinta Barga.
"Jangan..." Keluar darah kental dari mulut Barga, kemudian mata Barga mulai meredup.

"Defri! Amanin Barga!" suruh Arvin.

Sesuai perintah, Defri membopong tubuh Barga menjauh dari area pertarungan.

Bughhh

Kepala Arvin terpelanting ke belakang akibat bogeman Gery menyerang dari belakang.
Arvin menyeka darah dari atas bibirnya, berbalik menghadap Barga, kemudian senyumnya menyungging.

Dalam sekejap Arvin membalas dengan menghantam dada Gery, seketika itu orang-orang yang tadi mengeroyok Barga pun melebarkan barisan, saling adu serangan melawan Gannesa, satu persatu.

Sementara itu, Defri yang memang tidak punya bakat berkelahi hanya ditugaskan menjaga Barga oleh Arvin. Defri membawa Barga ke depan gerbang rumah yang sangat mewah. Seujujurnya ia bingung harus bagaimana, melihat tubuh Barga semakin pucat membuat Defri kalut juga.

"Dia kenapa, Def?"

Defri menoleh ke samping, pria yang di badan dan wajahnya dipenuhi bekas luka memar berdiri di hadapannya.

REGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang