Media: Ungu — Cinta Dalam Hati
×××
Hangatnya cahaya matahari sore menghiasi padatnya jalanan ibukota seperti hari-hari biasanya.
Sore, tepat ketika banyak perkeja pulang dari tempat bekerja dan siswa pulang dari sekolah berarti sore yang sama dimana kendaraan berebut jalanan kosong. Klakson dan kepulan asap kendaraan saling bersautan di jalanan. Tubuh yang lelah jadi semakin lelah melihat pemandangan yang tidak menyejukkan hati sama sekali.
Helaan nafas lelah terdengar dari salah satu pengendara mobil. Itu Wooyoung. Ingin sekali ia menginjak gas mobilnya agar segera sampai, padahal bangunan tujuannya sudah di depan mata, tapi gerak mobilnya terhalang oleh banyak kendaraan di depannya.
Kali ini helaan nafasnya terdengar lega saat mobilnya bisa berbelok ke bangunan lima lantai menjulang tinggi di hadapannya.
Butik Mamanya.
Wooyoung membuka pintu mobilnya dan baru akan melangkah santai jika saja satu suara tidak menginterupsi langkahnya.
"Wooyoung! Kok nggak bukain pintu buat aku?!" Itu Aurel, berseru manja mengeluh pada Wooyoung yang berjalan mendahuluinya.
Wooyoung memutar matanya. "Emang lo nggak tau caranya buka pintu?"
Aurel berdecak malas dan berjalan ke depan Wooyoung. "Ya tau, tapi kan Alea biasanya kamu gituin. Kok aku enggak?"
Reflek, Wooyoung mengeraskan rahangnya. Garis wajahnya berubah kaku. Matanya yang awalnya datar berganti setajam elang. Emosinya ditarik naik saat mendengar perempuan ini telah melewati batasnya.
"Lo!" Wooyoung menggeram tepat di depan wajah Aurel. "Bukan Alea!"
Laki-laki itu melangkah menjauh tanpa mempedulikan Aurel yang menciut. Peduli setan. Bagaimanapun keadaannya, Aurel bukan Alea. Dan bisa-bisanya Aurel berharap akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti yang didapatkan Alea. Jangan mimpi.
"Mama ada kan, Mba?" Tanya Wooyoung pada salah satu pegawai di Butik Mama. Ia sedikit melirik pada Aurel yang sudah di sampingnya.
"Ada, Mas. Di ruangannya"
Wooyoung mengangguk. Bersama Aurel di sampingnya, ia bergerak ke lantai 5. Tempat ruangan Mama berada.
"Mama" Sapa Wooyoung saat sudah sampai di dalam ruangan.
Mama sedikit melebarkan matanya melihat anaknya dan Aurel telah sampai. "Sini-sini duduk" Kata Mama sambil menepuk sofa di ruangannya. Keduanya mengangguk dan ikut duduk di sofa.
"Kamu tadi pulang dulu ya, Mas?" Tanya Mama yang melihat Wooyoung sudah berganti kaos dan celana jeans, bukan lagi kemeja kerja dan celana bahan.
"Iya tadi aku pulang dulu, mandi. Gerah banget" Kata Wooyoung.
Mama mengangguk mengerti. Ia lalu meraih katalog putih yang ada di atas meja. "Langsung aja ya" Kata Mama sambil membuka katalognya. "Mama ada tiga gaun buat Aurel. Bisa kalian lihat designnya dan mau nyoba yang mana dulu" Mama lalu memberikan katalognya. "Buat kamu, Mas, jasnya masih agak kepanjangan. Jadi masih belum bisa dicoba sekarang"
Wooyoung hanya berdeham mengiyakan saja. Sedangkan Aurel terlihat excited melihat design gaunnya. "Aku mau nyoba yang ini dulu, Tante" Kata Aurel sambil menunjuk salah satu foto.
Mama tersenyum dan mengangguk, lalu memanggil pegawainya untuk membawa Aurel ke fitting room di ruangan Mama dan mencoba bajunya.
"Mas?"
Wooyoung menoleh. "Iya, Ma?"
"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Mama.
Wooyoung tersenyum dan menggeleng. Moodnya hanya masih turun karena perkataan Aurel tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way: Jung Wooyoung
Fanfiction"People who destined to meet, will meet someday" A Sequel from My Way - Baca My Way terlebih dahulu