Media: BLACKPINK — Pretty Savage
*Disclaimer: Beberapa bagain dari part ini terinspirasi dari Drama Korea Partner For Justice Season 2 Episode 13 dan 16.×××
Tidak ada yang berubah setelah satu bulan lebih keberangkatan Alea ke Frankfurt.
Wooyoung masih sama. Masih tidak peduli dengan sekitarnya, apalagi Aurel. Menyentuh saja tidak. Hidupnya terus berulang dari rumah dan kantor. Tidak ada yang menarik.
Wooyoung bahkan lebih suka bersama tumpukan kertas kerjaan dan puluhan email yang berdesakan di mailboxnya dibanding dirumah. Seperti saat ini, bahkan saat jam sudah menunjukkan angka 16.00, matanya masih fokus pada layar laptopnya. Tidak ada tanda-tanda dia akan beranjak, jika saja ponselnya tidak berbunyi tanda panggilan masuk. Tangannya meraih ponsel dan mengernyit samar saat melihat nama Jihoon di layar ponselnya.
Jihoon is Calling...
"Hallo, Hoon?"
"Lo nyimpen nomer gue?"
Wooyoung terkekeh pelan. "Iya lah. Ada apa?"
"Sore ini lo kosong nggak?"
"Kosong sih, kenapa emang?"
"Ketemu yuk. Nanti gue kirimin lokasinya, kalo udah dateng lo bilang aja ke receptionistnya atas nama gue"
Wooyoung mengernyit samar. "Ada apa, Hoon? Kayanya penting banget?"
Jihoon terdengar terkekeh pelan di ujung telepon. "Just come. Gue punya berita baik sekaligus buruk buat lo. See you"
Kerutan di dahi Wooyoung makin kentara saat telepon ditutup Jihoon sepihak. Laki-laki itu mengedikkan bahunya dan segera merapihkan mejanya. Kepalanya terus dipenuhi pertanyaan dan spekulasi atas apa yang akan Jihoon sampaikan. Wooyoung terus berpikir bahkan ketika langkahnya sudah sampai di basement dan mengendarai mobilnya.
Tiga puluh menit berada di jalanan, mobil hitam Wooyoung berhenti di sebuah fancy restaurant ditengah sibuknya ibukota. Saat tak mendapati Jihoon setiap sudut restaurant, Wooyoung langsung menghampiri receptionist.
"Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"
"Meja atas nama Park Jihoon disebelah mana ya?"
"Apa benar anda Tuan Jung?"
Setelah memastikan Wooyoung mengangguk, receptionist itu berkata dengan senyum ramahnya. "Mari ikuti saya"
Wooyoung sedikit mengangkat alisnya sebelum mengikuti langkah receptionist. Langkah itu terus membawanya melewati lorong-lorong sebelum berhenti di ruangan dengan tulisan VVIP di pintu yang terletak di ujung lorong.
Receptionist itu lalu mengetuk pintu dan berkata. "Tuan Jung sudah disini, Pak"
Wooyoung menahan tangan receptionist yang akan membuka pintunya. Memberi isyarat agar dia saja yang membukanya. Receptionist itu mengangguk dan meninggalkan Wooyoung sendiri di depan pintu.
Laki-laki itu menarik nafas sebentar sebelum membuka pintu. Namun apa yang dilakukan Wooyoung pertama kali saat pintu itu terbuka bukannya menyambut, melainkan melebarkan matanya dengan mulut yang menganga kecil melihat Jihoon tidak sendiri di ruangan itu.
"Lo..." Wooyoung menghentikan kalimatnya untuk meneguk dan menunjuk laki-laki di samping Jihoon. "Mantannya Aurel kan?"
Wooyoung mengangguk, meyakinkan dirinya sendiri. Tidak salah lagi. Meskipun telah berlalu banyak tahun, ingatannya masih lengkap tentang mantan Aurel yang ia temui saat Aurel meminta bantuannya dulu. Laki-laki yang sama juga yang menjadi pukulan terakhir atas keputusan Alea untuk memutuskannya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way: Jung Wooyoung
Fanfiction"People who destined to meet, will meet someday" A Sequel from My Way - Baca My Way terlebih dahulu