Tribun Gedung Olahraga (GOR) yang digunakan untuk semi-final lomba POM Rayon Basket sudah mulai terisi. Satu per satu kursi mulai diduduki penonton yang antusias mendukung dan memeriahkan perlombaan kali ini.
Suara riuh rendah penonton mulai terdengar untuk menyemangati tim yang akan berlaga di semi-final kali ini padahal pertandingan masih akan dilaksanakan 30 menit lagi.
Para pemain basket yang akan bertanding juga sudah berdatangan dan duduk di pinggir lapangan, beberapa melakukan pemanasan, mengobrol, bergurau, atau berdiskusi soal strategi tim.
Wooyoung yang ikut duduk di bangku pemain itu sibuk menunduk memainkan ponselnya. Sesekali ia menyisir tribun penonton atau melihat pintu masuk GOR, tapi nihil.
Laki-laki itu menghela nafas berat.
Yang ia cari tidak ada, atau, belum.
Wooyoung sebenarnya tak berharap banyak gadisnya datang untuk menyemangati seperti biasanya karena jadwal pertandingan yang bertabrakan dengan jam kuliah. Apalagi ini adalah giliran Alea untuk presentasi.
Makin hilang harapannya.
Tapi setidaknya ia ingin berharap, karena separuh kekuatannya ada pada gadisnya. Jika Alea tidak ada, maka bisa berpengaruh pula pada mood dan performanya. Meskipun nantinya Wooyoung akan tetap berusaha memberikan kemampuan terbaiknya.
"Yong!"
Wooyoung menoleh, Mingi, teman kelas sekaligus teman basketnya memanggilnya.
"Kenapa Ming?"
Laki-laki jangkung itu menggeser badannya dan memperlihatkan seorang perempuan yang sedari tadi sedang berdiri di belakang Mingi sedang menatap Wooyoung dengan senyum cerahnya.
"Ada yang nyariin" Kata Mingi lalu berlalu pergi.
Wooyoung berdiri dan berjalan menghampiri perempuan itu. "Ada apa, Rel?"
"Mau nonton mantan gue main basket lah" Guraunya.
Wooyoung tersenyum. "Kok tau gue main?"
"Beberapa hari lalu gue stalk akun UKM Basket, eh ada foto lo, gue juga jadi tau kalo kalian mau lomba" Jelas Aurel.
"Dan sengaja nyamperin gue?" Imbuh Wooyoung.
"Bener banget" Kata Aurel. "Mumpung nggak ada cewek lo juga kan? Biasanya tiap ketemu lo sama dia jadi agak nggak nyaman aja ngobrolnya"
Wooyoung hanya tersenyum memaksa. Meskipun banyak orang mengatakan lelaki tidak peka, tapi soal satu ini, Wooyoung paham kalau baik Aurel dan Alea tak menyukai satu sama lain.
"Omong-omong dia dimana, Yong? Kok gue nggak liat?" Tanya Aurel sambil celingukan mencari sosok yang ia cari.
"Masih kelas kayanya sih. Belom kesini" Kata Wooyoung sesantai mungkin, tak menunjukkan kekecewaannya.
"Eh duduk dah duduk" Ajak Aurel sambil menarik pelan lengan Wooyoung untuk duduk di bangku disisi lapangan, dekat dengan tim basket kampusnya.
"Gimana kabar orang tua lo?" Tanya Wooyoung saat keduanya sudah duduk di bangku.
Aurel tersenyum dan menatap lurus, tatapannya menerawang. "Baik. Maksudnya sehat-sehat semua. Mereka tuh kaya gimana ya Yong, perang dingin. Tapi kalo ke gue ya baik-baik aja, nggak ada yang berubah" Jelasnya.
"Lo main jam berapa?"
Wooyoung melihat jam tangannya. "Jam 4. Masih 20 menit lagi"
"Nervous ya lo?"
Wooyoung mengangkat alisnya, bertanya.
Aurel berdecak lalu mengambil tissue dari tas kecilnya. "Nggak berubah banget deh lo, kalo nervous suka keringetan" Ucapnya sambil mengusap titik-titik kecil keringat yang ada di sekitar wajah Wooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way: Jung Wooyoung
Fanfiction"People who destined to meet, will meet someday" A Sequel from My Way - Baca My Way terlebih dahulu