Media: Sejeong — Meet Again (OST. The Uncanny Counter)
Warning: part ini isinya 5000+ word×××
Jam sembilan malam Range Rover putih Wooyoung baru terparkir di garasi rumah. Pemiliknya sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa pegal karena kerja lembur hari ini.
Diambilnya satu persatu satu langkah sampai akhirnya sampai di ruang tengah.
Beberapa lampu sudah padam, diganti remang lampu kuning hangat yang tidak terlalu terang. Tapi hanya dengan pencahayaan itu, Wooyoung dapat melihat jelas barang-barang yang ada di rumahnya. Termasuk sosok anak laki-lakinya yang tertidur pulas di sofa ruang tengah dengan selimut tebalnya.
Alis Wooyoung langsung bertaut samar. "Kok tidur disini" Gumamnya. Dengan sedikit menunduk, Wooyoung mencium singkat pipi Sean lalu berujar. "Bentar ya, Ayah mandi dulu nanti dipindahin"
Wooyoung melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar dan langsung terlonjak kaget hingga termundur satu langkah melihat Alea duduk di sisi kasur menatap jendela dengan rambut yang terurai panjang.
"Sayang" Panggil Wooyoung. Kakinya perlahan melangkah menghampiri Alea. "Sean kok bobo di sofa? Nggak di pindahin dulu?"
Dahi Wooyoung mengernyit samar saat Alea tak terdengar menjawab apapun. Matanya sedikit membola saat melihat Alea menatap kosong ke depan, seperti tak terpengaruh atas kehadiran Wooyoung. Padahal laki-laki itu sudah berlutut di depan istrinya.
"Sayang?" Wooyoung melambaikan tangan di depan wajah Alea, tapi istrinya itu tak bergeming. "Kamu kenapa? Oh iya, tadi pemakaman Ayahnya Yeri gimana? Maaf banget aku nggak bisa ikut. Besok temenin aku ke rumahnya Yer—"
"Jung Sian..."
Suara itu. Suara Alea itu sangat lirih. Hampir seperti bisikan. Tapi mampu membuat jantung Wooyoung bekerja sangat cepat. Laki-laki itu menegak kaku. Tak ada satupun bahasa yang keluar dari mulutnya. Sempurna terkunci. Hanya karena mendengar nama itu. Jung Sian.
"Aku lihat batu nisan namanya Jung Sian" Alea mengerjap-ngerjap sebentar mengusir air matanya. "Lahir dan meninggal di hari yang sama... kaya Sean"
Alea menurunkan tatapan matanya yang sudah berair, menusuk tepat di binar mata Suaminya. "Jung Sian... dia siapa?" Alea menelan susah payah tangisnya demi kembali berujar lirih meskipun tulangnya sudah terasa rontok tak bertenaga. "Siapa Jung Sean?"
Bibir Wooyoung bergetar samar. Tungkainya sudah melemas. "Sayang..."
Air mata Alea mulai menetes jatuh. Dengan seluruh ruh ia tiupkan suara lirih, hampir seperti berbisik. "Mana yang anakku?"
Wooyoung menunduk dengan bahunya yang bergetar samar. Tak memiliki kekuatan untuk menatap wajah kecewa Istrinya.
"Woo... jawab"
Wooyoung menggeleng lemah dan menekan tengkuknya dengan telapak tangannya. Nafasnya tersenggal diantara tangis. Laki-laki itu juga sedang berperang dengan dirinya. Bagaimana bisa ia menjawab jika tenggorokannya tercekat sakit. Dadanya juga makin sesak saat mendengar isakan kecil dari mulut istrinya.
Ingatannya mulai berterbangan. Kembali ke dua tahun lalu saat Alea melahirkan.
Wooyoung terduduk lesu di kursi panjang rumah sakit. Mama Wooyoung, Papa Alea, Hyunjae dan Yiyang ada disekitarnya. Menenangkan Wooyoung yang tengah menangis hebat dalam tunduknya.
Anaknya. Anak perempuannya yang baru menghela nafas pertamanya di bumi ini, harus kembali ke pangkuan Tuhan tanpa Alea sempat menyapanya.
Tuhan... memikirkan Alea harus terbangun dengan kenyataan bayinya harus berpulang memukul Wooyoung tanpa ampun. Tangisnya makin deras hingga Wooyoung sendiri kesulitan bernafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way: Jung Wooyoung
Fanfiction"People who destined to meet, will meet someday" A Sequel from My Way - Baca My Way terlebih dahulu