Media: Taeyeon — U R
×××
"A-ah... sorry"
Wooyoung tak mengatakan apapun setelah itu. Ia hanya melewati Alea yang sudah memberinya jalan. Pun langsung berlalu dengan mobil hitamnya.
Alea masih berdiri disana. Bahkan setelah mobil hitam itu tak terlihat. Ia menggigit bibir dalamnya kuat. Menahan air matanya yang segera jatuh. Juga, menahan sakit di hatinya yang terasa nyeri.
Bahkan setelah hari-hari berlalu setelah itu, rasa sakitnya masih sama. Di beberapa kesempatan, Alea terus memikirkan hal yang sama. Rasa bersalahnya.
Jika saja ia lebih dulu tau, jika saja ia mau mendengarkan dan percaya. Semuanya tidak akan serumit sekarang.
"AARRGHH!!" Alea berseru putus asa dengan menekan keyboard laptopnya kuat-kuat. Menyebabkann banyak huruf tersusun acak di layar yang menunjukkan halaman tugas kuliahnya.
"Ayolah satu halaman lagi. Jangan mikirin dia dulu bisa nggak sih!" Alea bermonolog kesal. Mengusir bayangan Wooyoung di otaknya dan kembali meletakkan jarinya diatas papan ketik.
Alea menegakkan badan di kursi meja belajarnya. Ia Mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan untuk menenangkan diri.
Tapi tak ada yang terjadi selanjutnya. Jari itu tetap diam. Tak mengetik apapun. Gadis itu masih menatap lurus halaman ke 24 tugas papernya yang harus dikumpulkan besok. Susunan kalimat yang sudah ia pikirkan seketika hilang.
Padahal tinggal satu halaman. Dan lengkaplah tugas 25 halaman yang menyiksanya dua minggu ini.
Decakan kembali terdengar. Alea mengacak-acak rambutnya frustasi. Kenapa pula otaknya terus memunculkan sosok yang sama alih-alih memikirkan kelanjutan tugasnya.
Gadis itu tiba-tiba menoleh dan menatap tajam boneka berukuran besar yang duduk di kasurnya. Alea menunjuk boneka itu dengan telunjuknya dan menatap sengit.
"Lo! Bilang sama majikan lo itu, suruh pergi dari otak gue! Ngerti?!" Serunya emosi. Dan makin emosi saat melihat boneka pemberian Wooyoung itu tersenyum bahagia seakan mengejek Alea.
Padahal ekspresi boneka itu tak pernah berubah sejak pertama kali dibuat.
"Siapa yang nyuruh lo ketawa?!" Alea kembali berseteru dengan boneka Cony putih itu.
Untung saja ia hanya sendiri di kamarnya. Jika ada Rafi, Abel, atau bahkan anggota geng ubur-ubur melihat ini, habis sudah harga dirinya.
Drrrtt Drrrtt
Tatapan sengit Alea beralih. Kini ganti melihat layar ponselnya yang menampilkan satu nama sedang melakukan panggilan.
Mama Wooyoung is Calling...
Sontak Alea melebarkan matanya. Ia melihat jam yang ada di atas layar ponsel.
20.50
Alea makin terkejut. Ada perlu apa?
Tapi satu hal yang bisa Alea pastikan disini adalah, pasti berhubungan dengan Wooyoung. Entah laki-laki itu tidak bisa dihubungi atau sedang bermasalah hingga membuat Mamanya khawatir dan berujung meminta bantuan Alea.
"Hallo tante" Alea menyapa saat panggilan tersambung.
"Hallo, Nak. Maaf ya tiba-tiba nelfon"
"Iya Tante nggak apa-apa, ada apa ya?"
"Ini, tadi sore Wooyoung nelfon katanya lagi sakit. Terus dari jam 7 sampe sekarang tante hubungin nggak bisa-bisa. Tante boleh minta tolong cek ke apartmentnya nggak ya? Takutnya kenapa-kenapa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way: Jung Wooyoung
Fanfiction"People who destined to meet, will meet someday" A Sequel from My Way - Baca My Way terlebih dahulu