Media: Linkin Park (feat. Kiiara) — Heavy
×××
Matahari sedang terik-teriknya saat seorang gadis dengan rambut panjangnya mengayuh cepat sepeda di pinggir jalan. Nafasnya memburu begitupun kayuhan sepedanya seakan tak memberi satu detikpun tersisa untuk melakukan hal lain selain mengayuh dan bernafas secepat mungkin.
Kayuhan itu makin terlihat cepat saat ia berbelok ke sebuah pertigaan, tak peduli sebanyak apa keringat yang menetes disisi wajahnya. Jika biasanya dia sangat menikmati udara sambil mengayuh sepedanya, kali ini tidak. Tidak ada waktu untuk meromantisasi keadaan sekarang.
Sebentar lagi, pikirnya.
Dan benar, sepeda itu tak lama berhenti di depan sebuah kedai kecil dengan tulisan Elena's Bar di atas pintunya.
Atau bukan kedai? Lebih pada coffeeshop? Bakery? Atau Tea Bar. Karena Elena —si pemilik bangunan— menggabungkan tiga hal itu dalam satu ruangan.
Mari kita permudah, sebut saja bangunan kecil yang dominan warna putih dan lampu warm white itu sebagai kedai.
Pintu kedai masih bertuliskan 'Close' di kaca pintunya, tapi gadis itu tak peduli. Ia langsung membuka kasar pintu dengan nafas menderu hingga mengagetkan perempuan yang berdiri di balik meja kasir dan membuatnya terlonjak lalu reflek mengumpat kasar.
"WHAT THE GOD DAMN HELL IS GOING ON?!"
Gadis itu tidak menjawab, melainkan maju mendekat ke meja kasir. Menghampiri perempuan yang baru saja berteriak mengumpat padanya.
"Apa tidurmu nyenyak, Al?" Tanya si perempuan di balik meja kasir dengan nada yang berubah manis saat melihat Alea lah yang datang. Wajah perempuan itu cantik dengan rahang yang tegas dan mata cokelatnya, Elena namanya. Pemilik kedai itu.
Alea dengan nafasnya yang masih tak beraturan menatap kesal pada Elena. "Tidurku akan sangat nyenyak jika saja telepon-telepon sialan itu tidak berdering dan membangunkanku" Alea bersungut sebal mengingat banyaknya telepon dari kampus untuk memintanya segera ke Bandara.
Seratus persen Alea yakin, Elena lah yang memberikan nomor ponselnya pada pihak kampus.
Ayolah, sudah satu setengah tahun dia mengalami kesulitan tidur. Kenapa pula Elena harus bertingkah dan membangunkan tidurnya yang berharga?!
Elena, gadis campuran Amerika dan Belanda itu justru memberikan cengirannya. "Please help me, hari ini saja gantikan aku menjadi Liaison Officer di International Conference. Orang tuaku akan kemari dalam beberapa jam asal kau tau"
Alea menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan pelan. Kepalanya mendadak pening. "Aku baru pulang dari perpustakaan pukul 01.00 dan tidur pukul 02.00 asal.kau.tau" Kata Alea dengan menekankan tiga kata terakhirnya.
Elena mengernyit. "Kenapa kau begitu larut disana?"
Alea menghela dan ikut berjalan masuk ke bagian belakang kasir. Meraih gelas dan membuat teh untuknya. "Mengerjakan proyek Prof. George, apa lagi?"
"Kenapa kau suka sekali membantu si tua bangka itu?"
Alea langsung berbalik dan mendelik "Jelas untuk tesisku, bodoh!"
"Dan kenapa kau ingin mengerjakan tesis?"
"For fukk sake! Kau tidak ingin lulus?! Ah sudahlah. Hentikan omong kosong ini dan aku selesai. Aku tidak bisa membantumu"
Selalu seperti itu. Elena akan selalu berbicara banyak omong kosong jika tidak dihentikan. Sama seperti sosok laki-laki yang ada di pikirannya selama ini. Bahkan di beberapa kesempatan, Elena sangat mirip dengan laki-laki itu. Sempat Alea berpikir, Elena adalah versi perempuan dari laki-laki itu, Jung Woo—
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way: Jung Wooyoung
Fanfiction"People who destined to meet, will meet someday" A Sequel from My Way - Baca My Way terlebih dahulu