Part 17: Fine

1.1K 229 118
                                    

Media: Geisha — Sementara Sendiri

×××

Apa yang membedakan sore ini dari sore-sore yang lain adalah hujan.

Kecamatan Tembalang Semarang sore ini diguyur hujan lebat. Meskipun tanpa kilat dan petir, tapi cukup membuat banyak orang menunda aktifitasnya di luar ruangan. Jalanan yang tanpa adanya hujan sudah macet jadi makin macet karena banyak kendaraan yang memelankan kecepatannya dan lebih hati-hati karena licinnya jalan.

Banyak kendaraan yang hanya bisa melaju pelan atau berhenti sama sekali karena para pengemudi kendaraan berdesak-desakan mencari celah untuk keluar dari kemacetan tak berujung ini. Tak terkecuali Mingi dan Wooyoung yang sedari tadi hanya bisa bersabar menunggu giliran mobil yang mereka tumpangi mendapat giliran maju, setidaknya dalam satu tarikan gas.

"Hadeeh otak gue udah mau meledak gara-gara kuis, masih ditambahin macet" Keluh Mingi.

"Orang-orang kalo lagi ngeselein suka barengan gitu kenapa dah" Balas Wooyoung sambil menatap lurus deretan mobil di depannya.

"Btw, Ming. Ini hari apa sih?"

"Selasa"

Wooyoung berdecak. "Ck bukan itu. Maksudnya kaya ini hari apa kok gue ngerasanya ini tuh hari apa gitu cuma gue lupa ini hari apa"

"Lo ngomong apaan sih bego!" Mingi bersungut kesal tak mengerti maksud Wooyoung. "Hari ulang tahun nyokap lo kali" Mingi membenarkan.

"Mama ulang tahunnya 5 November. Ini bulan Mei" Kata Wooyoung masih mencoba mengingat-ingat.

"Eh nanti di depan belok kiri aja, Ming. Motong jalan lewat Rusunawa" Kata Wooyoung yang sudah lelah dengan kemacetan di depannya.

Ia dan Mingi keluar dari parkiran kampus jam 16.45 tadi dan sampai jam di ponsel Wooyoung menunjukkan pukul 17.10 Wooyoung dan Mingi masih terjebak di depan Taman Rusa milik Fakultas Pertanian dan Perternakan.

"Tau gini tadi lewat Widya Puraya aja, bisa langsung lewat FPIK terus tembus belakang FPP" Balas Mingi sambil menginjak gas saat mobil di depannya mulai maju perlahan.

"Nggak kepikiran juga, soalnya wisuda biasanya nggak sampe macet begini. Gara-gara hujan kali ya?" Balas Wooyoung bertanya.

Mingi mengangguk-angguk menyetujui. "Iya, mana deres begini. Eh, radionya matiin aja dah, makin pusing gue dengerin orang bacot mulu. Ganti play lagu aja Yong"

Wooyoung meraih ponselnya dan membuka aplikasi Spotify yang sudah terhubung dengan bluetooth mobilnya. Jarinya mahir berselancar di layar ponsel mencari playlist yang sudah lama ia buat. Tak butuh waktu lama hingga intro lagu mulai terdengar.

"Lagu siapa, Yong?" Tanya Mingi yang tak asing dengan intro lagu.

"Bruno Mars — When I Was Your Man" Jawab Wooyoung lalu kembali mengantungi ponselnya, mulai fokus menikmati lagu.

Mingi mengangguk-angguk dengan mulutnya yang membentuk huruf O. Tapi laki-laki jangkung itu langsung tertawa melihat Wooyoung mulai menghayati lagu dan menyanyikan dengan sepenuh hati.

Same bed but it feels just a little bit bigger now

Our song on the radio but it don't sound the same

When our friends talk about you, all it does is just tear me down

'Cause my heart breaks a little when I hear your name

Memasuki reff lagu, Wooyoung makin menggila. Ia menyanyi dengan mata memejam dan meghayati arti lagu, bukan hanya menikmati lagu.

Kali ini Mingi ikut serta menyanyikan dengan semangat bersama Wooyoung yang sudah tenggelam dalam suasana. Meskipun dengan memaksakan nada tinggi seorang Bruno Mars.

Our Way: Jung WooyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang