Alea termundur pelan dengan air matanya yang mulai mengalir deras tanpa suara. Kepalanya pening, tak tau harus bereaksi seperti apa.
Gadis itu nyaris lumpuh.
Yang ia harapkan adalah ia sedang hidup dalam mimpinya sekarang.
Yang ia harapkan adalah apa yang ia lihat sekarang hanya ilusi. Tak nyata.
Tapi saat ia merasakan kakinya sakit terbentur dinding, ia sadar, ia tidak sedang bermimpi.
Dua orang dihadapannya langsung menoleh dan membulatkan mata kala melihat Alea berdiri dengan air matanya yang mengalir.
"AL!"
Gadis itu mendongak melihat Wooyoung beranjak dan berjalan cepat ke arahnya.
"Maaf ganggu" Kata Alea. Ia segera berjalan keluar membawa serta sakit hatinya yang baru saja dicurangi.
Isakannya mulai terdengar. Air matanya makin deras. Tangannya cepat mengusap bulir air matanya yang terus jatuh, dengan tangan kirinya berpegangan pada tembok untuk menyangga dirinya.
Namun secepat apapun langkahnya tentu kalah dengan langkah cepat Wooyoung. Laki-laki itu langsung meraih lengan Alea. "Sayang hei" Katanya saat sampai di depan Alea.
"Berhenti manggil aku kaya gitu!"
Tatapan Wooyoung menyendu. "Ini nggak kaya yang kamu kira, dengerin aku"
"DENGERIN APA?!" Alea berteriak histeris. "KAMU PIKIR AKU BUTA? IYA?!"
Isakannya makin menjadi. Dengan tangannya ia memukul pelan dada laki-laki di depannya. "Aku udah pernah ngomong kan? kalo kamu bosen sama aku......bilang Yong, bilang..." Alea tergugu.
"Al..."
Gadis itu kembali mengusap air matanya. "Itu yang kamu bilang cuma temen? Iya?! Aku baru tau temen bisa sampe ciuman gitu"
Wooyoung mendunduk, ia menelan ludahnya susah payah. "Ini salah paham, please dengerin aku" Suara Wooyoung mulai bergetar.
Alea makin terisak. Hatinya makin sakit mendengar suara laki-laki di depannya yang jelas menahan tangis. Gadis itu mengusap matanya dan mengambil langkah menjauh, tak mempedulikan Wooyoung.
Wooyoung terus mengikuti langkah Alea di sampingnya.
"Al...aku tau aku salah, tapi ceritanya nggak gitu"
"Aku bisa ceritain awalnya. Jadi dengerin aku dulu ya? Hm?"
"Aku gendong aja yuk, nanti kakinya makin sakit"
Alea berhenti tepat di sisi lift. Ia melihat Wooyoung dengan matanya yang berair. "Kemana?" Tanyanya dingin.
Wooyoung mengernyit samar. "Pulang, ke-"
"Kamu kemana saat aku bilang kaki aku sakit dan butuh kamu nemenin aku?! KAMU KEMANA JUNG WOOYOUNG!!" Bentak Alea. Ia menelan isakannya dan kembali berujar. "Sekarang setelah aku tau kelakuan kamu, kamu baru peduli?"
Wooyoung menggeleng kuat-kuat. "Maaf...aku tadi terlalu emosi" Ia menelan ludahnya susah. "Tapi aku nggak ada niat sama sekali curangin kamu kaya gitu. Aku berani sumpah. Aku bahkan nggak ada hubungan apa-apa sama Aurel. Tadi dia-"
"Lagu lama!" Alea memotong cepat.
Laki-laki itu menggenggam tangan Alea erat. "Maafin aku please. Aku nggak kaya gitu" Lirihnya.
Lift yang sedari tertutup itu berdenting nyaring dan terbuka. Seorang laki-laki keluar dari sana dengan wajah herannya melihat perempuan yang menangis dengan laki-laki di depannya. Langkahnya laki-laki itu terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way: Jung Wooyoung
Fanfiction"People who destined to meet, will meet someday" A Sequel from My Way - Baca My Way terlebih dahulu