Part 08: Sorry, I Can't

962 231 122
                                    

Umumnya, perkuliahan dilaksanakan dari pagi hingga sore atau paling jauh hingga menjelang malam. Tapi beberapa kelas di kampus Alea tidak.

Semester ini banyak yang mendapat jatah kelas malam hingga jam 8 atau jam 9 karena banyaknya mahasiswa baru yang diterima. Jadilah banyak angkatan lama yang mendapat kelas malam, tak terkecuali kelas Alea.

"Koordinator Mata Kuliah tolong diskusikan jadwal kelas ini dengan pihak administrasi jurusan agar kalian tidak harus kelas malam sampai jam 9 seperti ini" Ucap Dosen yang sedang merapihkan laptop dan perlengkapannya di depan kelas.

"Baik pak" Jawab si Koordinator mata kuliah.

"Silahkan meninggalkan ruangan. Hati-hati pulangnya. Sampai jumpa di pertemuan berikutnya, selamat malam" Ucap Dosen kemudian berjalan keluar kelas diikuti peserta perkuliahan.

Alea menoleh pada Abel di sampingnya. "Bel" Katanya, penuh arti.

Abel mengangguk mengerti. "Let's go"

Dua perempuan itu lalu berjalan ke belakang kelas, menghadang laki-laki tinggi dan tampan yang akan berdiri dari kursinya.

Dia, Rafi.

"Mau kemane lu ha?!" Sinis Abel.

Rafi gelagapan, kembali duduk. "Gue....gue mau.....pulang lah"

Abel berdecak malas, ia menarik kursi duduk di depan Rafi diikuti Alea. "Lo makin keliatan idiot kalo bohong" Kata Abel.

Alea menghela nafasnya. "Nggak usah menghindar lagi lah, Fi. Gue sama Abel temenan sama lo ya mau temenan aja. Jangan menghindar karena lo tau gue berantem sama Wooyoung atau Abel berantem sama Laskar. Lo nggak salah, Wooyoung sama Laskar aja yang salah artiin" Jelas Alea.

Bisa ditebak. Hubungan tiga orang itu sempat renggang. Beberapa hari kebelakang Rafi menjauh dari Alea dan Abel saat tau dua perempuan itu sering bertengkar dengan pacar masing-masing karenanya.

Rafi jelas merasa bersalah karena bukan satu dua kali dua sahabatnya itu bertengkar dengan pacar masing-masing dengan alasan yang sama. Karena Rafi.

"Tapi-"

Abel memotong cepat perkataan Rafi. "Lo bantah lagi gue giling ya!"

Rafi berdecak dan menatap Abel sebal. "Ck kok bisa Laskar mau sama cewek tidak berperikemanusiaan kaya lo sih"

Abel membelalak lebar dan siap menyumpahi Rafi, tapi Rafi lebih cepat menyahut. "Diem!"

Laki-laki itu melihat Abel dan Alea bergantian. "Tapi hubungan lo berdua sama pacar baik-baik aja kan? Gue nggak enak sama Wooyoung Laskar sumpah"

"Abel baik-baik aja kok sama Laskar. Gue sama Wooyoung" Alea menghela nafas lelah. "renggang"

"Kok bisa??" Seru Rafi.

"Gue nggak punya banyak waktu gara-gara nyiapin awal kepengurusan lo tau sendiri. Dan, ya...gitu. Things not goes well. Berantemnya lebih sering, salah paham, diem-dieman" Alea lagi-lagi menghela nafasnya. "Gue cuma berharap dia nggak capek ngadepin gue, itu doang"

Abel dan Rafi memandang prihatin pada Alea di depannya. Paham sekali prahara rumah tangga Alea dan Wooyoung makin complicated akhir-akhir ini, apa lagi semenjak adanya Aurel.

Alea terkekeh pelan. "Udah-udah kenapa jadi curhat begini dah. Jadi ngerjain tugas di tempat gue kan?"

Abel mengangguk. "Jadi kok jadi. Tapi gue ambil laptop dulu di kosan. Ikut lo, Fi! Awas enggak!" Rafi mendecih sinis pada Abel tapi Abel tidak peduli dan melanjutkan. "Lo berdua langsung aja"

Our Way: Jung WooyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang