Media: BTS — Hold Me Tight
×××
"KAMU BILANG APA, MAS?"
Suara teriakan yang menggelegar itu membuat Wooyoung menunduk dalam-dalam dan menggenggam sendok dan garpunya kuat. Sekuat ia menahan dirinya untuk tetap tegak menghadapi emosi Mamanya saat ia baru saja memberi tahu segalanya pagi ini.
Meja makan yang biasa hangat dengan obrolan Mama dan Wooyoung itu mendadak berubah mencekam. Kehangatan itu sirna.
Wooyoung, laki-laki itu bahkan tak memiliki nyali untuk mengangkat kepala. Tak sanggup melihat raut wajah kecewa Mama.
Sementara itu di kursinya, Mama menatap anak sematawayangnya dengan air matanya yang entah sejak kapan sudah mengalir. Dadanya sesak mendengar penuturan anak laki-lakinya itu. Mati-matian ditahannya lava di dalam dirinya untuk tidak menggelegak keluar dan meluluhlantakkan sekitarnya.
"MAS, MAMA NGOMONG SAMA KAMU!"
Seruan itu membuat Wooyoung tersentak kaget. Reflek, ia menutup mata dan menggigit bibir dalamnya. Menahan tangisnya.
"Maaf, Ma..." Kata Wooyoung lirih.
Tak lagi ada yang bisa dikatakan Mama. Wanita itu hanya mampu menangis dan terisak hingga dadanya naik turun kesulitan mengatur nafas.
Mendengar tangis pilu itu, Wooyoung langsung mengangkat kepalanya dan beranjak dan memeluk Mama dari samping. Tapi belum mendapat hitungan menit, tubuh lemahnya didorong Mama hingga terjatuh dan kepalanya terbentur kaki meja. Bahkan sampai terdengar bunyi benturan keras.
Wooyoung tidak mempedulikan rasa sakit akibat benturan itu. Hatinya lebih sakit melihat Mama menangis dan menatapnya kecewa.
"SIAPA YANG NGAJARIN KAMU KAYA GITU?! SIAPA?!" Teriak Mama disela tangisnya.
Rasa kecewa Mama membuncah tinggi melihat anak laki-lakinya, anak satu-satunya, anak yang ia jaga se demikian rupa ternyata mengecewakannya tanpa ampun. Ikhlas diterimanya kenyataan atas masa lalunya yang kelam, dilapangkannya dada agar tetap bisa melanjutkan hidup dan membesarkan anak laki-lakinya seorang diri. Semuanya dapat Mama lakukan sendiri. Ia kuat menjalani semua selama puluhan tahun.
Tapi kekuatan itu perlahan lenyap kala melihat Wooyoung menangis dan menunduk. Tangis itu cukup menjelaskan bahwa apa yang dijelaskan anaknya adalah kebenaran. Anaknya telah membuat kesalahan fatal dalam hidupnya.
"MAMA HARUS NGOMONG APA SAMA ORANG TUANYA HAH?!" Wanita itu berdiri saat Wooyoung tak berniat untuk membuka suara.
Laki-laki itu masih mendunduk, sampai ia merasakan langkah kaki Mama menjauh, ia baru mengangkat kepalanya. Dan pemandangan yang ia lihat adalah Mama sudah berjalan menuju kamarnya. Laki-laki itu tak tinggal diam, ia segera menyusul dan memeluk lengan Mamanya.
"Mama..."
Lagi-lagi, Mama menghentakkan lengannya hingga tangan Wooyoung terlepas dari lengannya. Wanita paruh baya itu menatap Wooyoung dengan bara api yang meletup di matanya.
"NGGAK USAH MANGGIL MAMA! MAMA KECEWA SAMA KAMU!"
Wanita itu melangkah lebar masuk ke kemarnya. Meninggalkan Wooyoung yang menangis terduduk di depan pintu kamarnya sambil memanggil Mama.
***
"Mbak, Mama udah makan siang?" Tanya Wooyoung pada ART-nya.
"Belum, Mas. Belum keluar dari kamar sejak... tadi pagi" Kata si ART dengan suara pelan diakhir kalimatnya.
Sisa-sisa kemarahan Mama tadi pagi masih terasa. Membuat para ART agak takut-takut dalam bertindak, karena baru kali ini lah rumah itu diisi teriakan dan tangisan hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Way: Jung Wooyoung
Fanfiction"People who destined to meet, will meet someday" A Sequel from My Way - Baca My Way terlebih dahulu