Adaptasi #17

638 126 78
                                    

Sienna rasa Kanaka benar-benar sudah berubah. Dia yang dulunya egois, apatis, dan nyebelin kini berubah menjadi sosok yang lebih peduli dari sebelumnya. Momen saat Kanaka mulai membuatkan sarapan untuk Sienna, menawarkannya tumpangan saat ban motor Sienna bocor, dan puncaknya saat dia mengundang teman-teman mereka ke apartemen untuk membujuk Sienna, membuat perempuan itu menyadari sisi apatis Kanaka perlahan mulai menghilang. Dan yang membuat Sienna semakin yakin adalah saat Kanaka langsung mengiyakan permintaan Luka untuk memgijinkan Sienna berangkat ke kampus menumpang dengan motornya karena motor cowok itu mendadak bermasalah dan masuk bengkel.

"Gue berangkat jam 7.30, kalau sepuluh menit lagi Nana nggak ready, dia langsung gue tinggal." Kanaka berbicara dengan ponselnya sambil menyantap sarapannya. "Btw, lo dapat nomor gue dari mana? Dari Nana?"

Sienna yang merasa tertuduh lantas melotot tak terima.

"Nana?" Suara Luka di seberang sana terdengar bingung. "Siapa Nana?"

Kanaka berdecak jengah. "Pacar lo, dodol."

"Lo panggil dia Nana?"

"Ya, di rumah dia dipanggil Nana."

Sienna mengerutkan keningnya, menatap Kanaka heran. "Kenapa jadi bahas nama gue deh?"

"Oh, bukan. Dari Dino. Btw save nomor gue, biar gampang kalo ada perlu." Luka di seberang sana menjawab pertanyaan Kanaka tadi.

Kanaka mendengus. "Lebih tepatnya, biar gampang lo repotin gue. Setelah lo minta gue pergi bareng Sienna, nanti apa lagi? Pulang bareng juga? Maaf, hari ini gue ada rapat jadi bakal pulang telat."

"Nggak perlu, nanti pulangnya sama gue aja. Ban motor gue cuma bocor, gue takutnya bakal telat kalo Sienna nunggu gue jemput, makanya gue minta tolong lo. Untuk pulang nanti, semuanya udah aman."

"Oh, oke." Kemudian Kanaka dengan cueknya langsung memutuskan panggilan, meletakkan ponselnya di atas meja, dan langsung beranjak dari meja makan untuk mencuci piring di wastafel.

"Jadi gue nebeng lo nih?" Tanya Sienna mencoba memastikan.

"Ya, sepuluh menit lagi kita udah harus otw, jadi siap-siap sekarang."

"Gue udah siap kok, setelah gue habisin sarapan kita bisa langsung otw."

"Good."

Sienna ingin menyudahi pembicaraan itu dan lanjut menghabiskan sarapannya, namun ponsel Kanaka di atas meja tiba-tiba berdenting dan Sienna tanpa sengaja meliriknya dan menemukan nama Kanaya tertera di layar itu.

"Tapi, kalo lo nggak bisa, biar gue minta Bang Bri jemput aja." Ucap Sienna setelah melihat isi pesan yang Kanaya kirim untuk Kanaka.

"Jangan." Kanaka langsung membalikkan badannya dan menatap Sienna lekat setelah mematikan kran. "Gue bisa, sama gue aja."

"Gue nggak yakin lo bisa." Wajah Sienna berubah ragu begitu dia mengisyaratkan Kanaka untuk memeriksa ponselnya. "Gue nggak sengaja baca, Kanaya kayaknya minta lo jemput."

Mendengar itu, Kanaka langsung meraih ponselnya dan mengetikkan sebuah balasan untuk pesan yang dia terima dari Kanaya yang memang benar memintanya untuk menjemput.

Setelah itu, Kanaka menyimpan ponselnya ke dalam saki dan menatap Sienna. "Yuk."

"Yuk?" Sienna mengulangi ajakan Kanaka dengan ragu. "Terus Kanaya?

"Dia bisa pergi bareng Bang Langit kayak biasanya."

"Tapi—"

"Ayo berangkat." Kanaka langsung memotong sambil menggendong tasnya. "Cuci piringnya, jangan lupa kunci pintu juga. Gue tunggu di bawah."

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang