Adaptasi #2

849 131 44
                                    

Sienna menatap layar ponselnya yang bergetar dan menampilkan sebuah nama dari seorang laki-laki yang tadi dia akui pada Ava dan Luka bahwa dia tidak mengenalnya. Sienna bolak-balik menatap dua orang itu ragu, namun akhirnya memilih untuk bangkit dan pergi menjauh untuk mengangkat panggilan itu tanpa mengatakan sepatah kata pada sang ketupel dan ketum yang terlalu fokus dengan pembahasan mereka yang sedikit banyak menyangkut tentang cowok yang namanya terpampang nyata di layar ponsel Sienna.

"Ha—" Sienna yang baru saja membuka suara terpaksa harus menjauhkan ponsel dari telinganya karena orang di seberang sana mengeluarkan frekuensi suara yang berpotensi meledakkan speaker ponselnya. "Lo punya hape dipake buat apa sih?!"

"Bunda telepon tuh! Jangan bikin orang rumah khawatir bisa nggak sih?! Jangan nyusahin!" Kanaka tiba-tiba langsung mengomel. "Idupin kamera lo, gue mau video call!"

"Mau ngapain sih?!" Sienna tak setuju. "Gue ngga mau liat muka lo!"

"Tsk, lo pikir gue mau?" Kanaka tak kalah sewot. "Mama yang suruh. Gue lagi undang Mama, lo cepat undang Bunda sana."

"Emang mau ngomongin apa sih?!" Sienna tetap menurut, menghidupkan kamera dan mengundang bundanya. "Gue lagi sama yang lain, jangan macam-macam!"

"Ngomongin apa?! Ini tuh semua gara-gara lo! Makanya hape tuh dipake yang bener bukan cuma buat mabar doang!" Kanaka masih lanjut mengomeli sambil melototinya. "Bunda telepon gue tadi, nanyain lo. Kalo dia telepon tuh ya diangkat, nggak usah bikin dia khawatir dan bikin gue repot, bisa kan?"

"Hah?" Kening Sienna mengerut bingung. "Sumpah demi Tuhan, terakhir Bunda telepon itu satu jam yang lalu dan langsung gue angkat kok!"

Kanaka menghela napas jengah, "Mereka ngerjain kita lagi."

Sienna hanya bisa memutar bola mata sebal, kemudian suara bundanya terdengar dari ponselnya. "Halo, sayang-sayang Bunda!"

"Halo, anak-anakku!" Suara Mama Juli menyusul setelahnya, dan ternyata dua wanita itu sedang berada bersebelahan terbukti dari suara mereka yang menggema. "Loh? Kok kalian nggak barengan?"

"Males." Sienna dan Kanaka berucap berbarengan.

"Cie, jawabnya barengan!" Goda sang mama dan bunda dengan jahil. "Cie, jodoh!"

"Apaan sih, Ma!" "Apaan sih, Bun!"

"Cie barengan lagi!"

Sienna menghela napas jengah. "Mau ngomongin apa, Bun, Ma? Nana sekarang lagi ada rapat nih."

"Rapatnya kenapa nggak bareng Naka?" Tanya Juli.

"Beda organisasi, Ma. Kan udah pernah aku jelasin. Aku BEM, Nana Himpunan."

"Nanti akan ada saatnya." Sela Sienna. "Kami akan berada di satu rapat dengan kubu yang berbeda."

"Maksud kamu, Sayang?" Tanya Tiara tak mengerti. "Kenapa beda kubu? Kalian kan tinggal satu rumah."

"Bun!" Sienna langsung melototi. "Itu nggak ada hubungannya sama organisasi kan?!"

"Kalo nggak ada yang mau diomongin, aku matiin, mau persiapan rapat."

"Sejujurnya emang nggak ada sih," Kata Juli dengan santainya. "Mama sama Bunda cuma kangen aja sama kalian, kapan mau pulang?"

"Nanti, liburan akhir semester."

"Pulangnya bareng ya, jangan kayak kemaren sendiri-sendiri kayak jomblo aja." Tiara sengaja mengejek anak gadisnya.

"Jomblo ya pulang sendiri lah, ngapain pulang sama pacar orang." Ketus Sienna yang membuat dua wanita paruh baya itu tertawa gemas.

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang