Kelima cowok itu sudah menunggu di taman ormawa lengkap dengan alat musik mereka masing-masing. Brian dengan bass-nya, Raka dan Jeje dengan gitar, Dino dengan drum box, dan Dimas dengan keyboardnya. Taman itu dinamakan ormawa karena dekat dengan kesekretariatan organisasi mahasiswa. 6Days sering latihan di sana selesai jam kuliah karena akses listrik yang menyokong alat musik mereka bisa didapat dengan mudah meski membutuhkan banyak kabel sambung, dan taman itu juga menjadi tempat tongkrongan favorit mahasiswa.
Meski kehadiran 6Days di sana terkesan mendominasi dari penggunaan tempat dan suara yang mereka hasilkan, nyatanya sama sekali tak menjadi alasan bagi mahasiswa yang sedang duduk santai di sana merasa terganggu. Justru, band yang belum genap terbentuk satu tahun itu menjadi band terkenal sekaligus terfavorit di kampus. Satu-satunya band yang anggotanya berasal dari jurusan dan semester yang berbeda membuat mereka tanpa sadar menjadi ikon pemersatu mahasiswa, khususnya untuk jurusan mesin dan sipil. Karena setiap kali mereka tampil, orang-orang akan menikmati musik mereka tanpa peduli si pemusik dari jurusan mesin dan si pendengar dari jurusan sipil atau sebaliknya. Semua orang menikmati musik mereka, dan juga visual yang disajikan dari tiap-tiap anggota. Dan jangan lupa Sienna sebagai satu-satunya perempuan di band itu yang menjadi pemanis 6Days.
"Sienna mana?" Tanya Dino di sela-sela asap yang mengepul dari mulutnya, tatapannya tertuju pada Brian yang baru saja menyelesaikan satu batang rokok dan bersiap untuk yang kedua. "Kalian nggak ada rapat lagi kan hari ini?"
Brian menggeleng, lantas melirik arloji di tangannya sambil meletakkan rokok di bilah bibirnya. "Udah jam lima, seharusnya kelasnya udah selesai sih."
"Itu tuh si Sienna." Tunjuk Dimas dengan dagunya begitu melihat Sienna sedang berjalan menyusuri koridor untuk ke tempat mereka. "Bareng si Prestasi."
Brian langsung menyimpan kembali rokok itu sebelum sempat menyalakannya, sedangkan Dino dan Raka buru-buru menghisap habis rokok mereka karena tak mau asapnya mengenai Sienna nanti.
"Tuh anak ngapain sih lengket mulu sama Sienna, heran." Raka melirik adiknya tak suka. "Udah mutlak nggak gue restuin tetap aja nggak mau nyerah."
"Lagian lo ngada-ngada sih," ucap Jeje yang sibuk menyelesaikan permainan di ponselnya. "Seolah-olah lo berpihak ke Sienna, bukan ke adik lo sendiri. Emang ada gitu abang yang nggak ngerestuin adiknya pacaran karena cewek yang mau dia pacarin terlalu baik buat dia?"
"Ada lah, gue." Kata Raka mantab. "Bukan seolah-olah, tapi emang gue berpihak sama Sienna kok, dia pantas dapatin yang lebih baik dari Luka."
"Menurut gue, Luka cowok baik-baik." Celetuk Dimas sambil melakukan pemanasan dengan tuts keyboardnya. "Ya walaupun pacaran itu haram ya, maksud gue, gue setuju-setuju aja kalo Sienna sama Luka, dari pada sama Kaisar."
"Si Bangsat itu masih sering minta dikenalin ke Sienna?" Tanya Brian tak suka. "Kasih aja nomor gue ke dia, pura-puranya bilang itu nomornya si Sienna."
"Bohong itu dosa, Bang." Timpal Dimas yang tak setuju dengan ide Brian.
"Heran, jaman sekarang masih ada orang yang ingat dosa." Dino menatap Dimas setengah kagum setengah heran.
"Gue masih belum bisa percaya sama Luka." Raka melirik Sienna yang saat ini sedang tertawa dengan adiknya. "Sienna itu jauh dari orangtuanya, dia nggak punya siapa-siapa di sini. Gawat banget kalo dia ketemu sama cowok yang macem-macem."
"Emang adek lo cowok yang macem-macem?" Tanya Jeje. "Dari mukanya keliatan kayak anak baik-baik."
"Lonya aja yang nggak bisa percaya sama siapa-siapa, bahkan sama adek lo sendiri." Ucap Brian. "Gue sampe kepikiran, lo sebenarnya percaya nggak sih sama kami?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Adaptasi
Teen Fiction[vseulkook au] Hal seklise 'benci jadi cinta' tak akan pernah terjadi di antara Sienna dan Kanaka, mereka sendiri yang menjamin itu. Kebalikan dari Romeo dan Juliet yang saling mencintai namun tidak mendapat restu, mereka justru saling membenci namu...